Ahmad tersungkur di depan orang yang tadinya ia todongkan senjata. sebuah peluru keluar dari senjata yang ada di belakangnya. ia hanya sekilas melihat. dan semua gelap. "duarr" sekali lagi tembakan kali ini tepat bersarang di kaki Kopral Joko sebelum ia bisa menoleh kebelakang. "Pengkhianaaatt !!! tangkap diaa" kopral joko kenal sekali suara itu. tak lama kemudian sekelompok aparat keluar dari gelapnya lorong. Kepala polisi juga ada disana. kopral joko tak tahu pasti siapa yang menembak dan memfitnahnya. tapi yg ia tahu pasti ia dalam masalah besar sekarang. segerombol aparat itu telah mengepung kopral joko. seseorang muncul dari gerombolan aparat itu. "tangkap dia" seru kepala polisi. mereka menangkap kopral joko. "dan bawa dia kerumah sakit. ia terluka parah" lanjutnya sambil menunjuk Ahmad yang mulai kehabisan darahnya. ia tertembak di bagian perutnya. tak lama satu pasukan itu telah menyelesaikan tugasnya. "lapor pak, semua perintah anda telah kami laksanakan" lapor salah seorang anggota dari pasukan tersebut. "baiklah. kalian langsung menuju ke kantor" Kepala Polisi. "Siap laksanakan, Pak" Anggota Polisi. Ia pun berlalu. dan suara sirine mulai menggema dari area pelataran rumah mewah itu. "tadi itu nyaris saja. anak muda dan Kopral sialan itu. benar - benar mengancam ku" Pria berbadan gemuk berpakaian piyama menyalakan cerutunya. "maafkan saya agak terlamabat,Pak" seru pria lain di ruangan itu. "yasudah kau boleh pergi sekarang. dan hilangkan jejak" Seru pria. gemuk itu. ruangan kembali sunyi. hanya asap cerutu yg menguap di sana. tak lama sirine terakhir hilang dari pendengaran.
satu pasukan mobil patroli tiba serentak di kantor. sirine yg sedari tadi menggema, berhenti. para jurnalis yg telah lama menunggu kabar, menghampiri gerombolan polisi itu. mereka bergerombol di depan mobil kepala polisi dan sebuah mobil tahanan. Kopral Joko keluar dari mobil tahanan. ia dibawa cepat kedalam kantor. walau begitu wajahnya tetap saja tersorot media. beberapa pertanyaan di ajukan kepada kepala polisi, dan dijawab dengan tenang olehnya. dan jawaban itu pastinya di sukai oleh para jurnalis. setelah semuanya selesai, kepala polisi masuk ke kantor dan siap untuk interogasi.
Mobil lain bergerak cepat menembus malam ke sebuah rumah sakit swasta yang cukup besar. Sirinenya bahkan memcah kesunyian. Seseorang yang kehilangan banyak darah dikeluarkan oleh beberapa orang berpakaian perawat. Ia dibawa ke UGD. Keadaannya sekarat. Sementara itu di tempat berbeda kopral joko, di interogasi oleh kepala polisi. Dari luar ruangan terdengar hentakan meja. Beberapa pertanyaan pun di ajukan. Dan tentu saja kepala polis tak puas dengan jawaban itu. Kopral joko pada akhirnya memilih bungkam. Ia tahu, jika sekali berurusan dengan aparat kau tak akan keluar selmat. Dinding penjara yang dingin menyambut kopral joko dengan dingin juga. Ia hanya tinggal menunggu putusan hakim terhadap perkaranya. Dengan sedikit berharap datangnya keajaiban Di rumah sakit sekelompok dokter coba menyelamatkan nyawa seorang pemuda. Ia adalah ahmad. Beberapa orang dokter berusaha keras mengeluarkan peluru dari dalam perut dan kaki Ahmad. Keadaannya kian tak menentu. Darahnya tak henti mengalir walau telah diberi obat bius. Waktu yang tersisa tak lama. Ada 3 peluru yang bersarang di perut Ahmad dan dengan beruntung dikeluarkan dengan mudah oleh tim dokter. Menyisakan peluru - peluru lain yang bersarang di kakinya dan masih berusaha di keluarkan. Sekitar dua jam sudah dokter - dokter itu bekerja. Semua sudah dijahit. Semua lubang - lubang akibat peluru. Tapi ada hal aneh, denyut jantungnya melemah. Tim dokter berusaha mengembalikannya ke normal lagi. Setelah usaha yang begitu gigih. Akhirnya mereka dapat membuat normal kembali walau tetap lemah namun stabil. Ahmad masih belum sadarkan diri.
Hari pertama dipenjara. Hari pertama mengenakan pakaian tahanan. Dan satu sel dengan beberapa penjahat yang pernah ia tangkap. Kopral Joko merasa aneh dengan keadaannya sekarang. Penjahat - penjahat yang pernah ia tangkap menatapnya begitu tajam dari sudut ruang. Ia bahkan tak berdaya lagi. Walau ia sanggup mengalahkan orang itu. Tapi tak mungkin ia berkelahi dengan mereka di dalam penjara. Itu hanya akan menambah kekacauan yang terjadi. Seorang pemuda yang kurus dengan kulit putih sehingga pakaian tahanan itu seakan kebesaran jika dipakai olehnya menghampiri Kopral Joko dengan basa - basi. " bukankah kau detektif itu " pemuda. "tidak lagi" kopral joko. Ia sedang merenung dengan tatapan kosong. "saya indra, kenapa anda disini. Bukan kah anda tidak seharusnya disini" indra. "apa kau baru masuk penjara anak muda. Apa perkara mu ?" kopral joko. Dengan heran ia menatap pemuda yang banyak tanya itu. "ya. Tapi saya adalah korban kekeliruan" indra. "tidak. Aparat tidak pernah keliru" kopral joko. "setelah apa yang mereka lakukan padamu, kau masih percaya mereka?!!. Aku tidak bisa percaya ini" indra agak naik pitam dibuatnya.
Dirumah sakit, Ahmad masih belum sadarkan diri. Jantungnya tetap bekerja. Tetapi tubuhnya tidak. Setelah semua kerja keras seluruh tim dokter. Ia selamat. Namun hanya jantungnya saja. Ia tetap tak sadarkan diri. Semua memori di otaknya seperti akan beku. Tapi tim dokter masih berusaha terus mengecek perkembangannya.
Sementara ia terbaring. Diluar, tampak bagus. Tapi kebusukan didalam tak dapat dihilangkan. Kebusukan yang tak akan terungkap kecuali oleh orang2 terpilih yang cerdas dan berani menghadap tembok besi.
Sebulan berlalu. Ahmad masih belum ada perkembangan. Kopral joko sudah beradaptasi dengan lingkungannya. Misteri peluru belum terungkap tapi tenggelam dalam berita - berita tentang pemerintahan.
satu pasukan mobil patroli tiba serentak di kantor. sirine yg sedari tadi menggema, berhenti. para jurnalis yg telah lama menunggu kabar, menghampiri gerombolan polisi itu. mereka bergerombol di depan mobil kepala polisi dan sebuah mobil tahanan. Kopral Joko keluar dari mobil tahanan. ia dibawa cepat kedalam kantor. walau begitu wajahnya tetap saja tersorot media. beberapa pertanyaan di ajukan kepada kepala polisi, dan dijawab dengan tenang olehnya. dan jawaban itu pastinya di sukai oleh para jurnalis. setelah semuanya selesai, kepala polisi masuk ke kantor dan siap untuk interogasi.
Mobil lain bergerak cepat menembus malam ke sebuah rumah sakit swasta yang cukup besar. Sirinenya bahkan memcah kesunyian. Seseorang yang kehilangan banyak darah dikeluarkan oleh beberapa orang berpakaian perawat. Ia dibawa ke UGD. Keadaannya sekarat. Sementara itu di tempat berbeda kopral joko, di interogasi oleh kepala polisi. Dari luar ruangan terdengar hentakan meja. Beberapa pertanyaan pun di ajukan. Dan tentu saja kepala polis tak puas dengan jawaban itu. Kopral joko pada akhirnya memilih bungkam. Ia tahu, jika sekali berurusan dengan aparat kau tak akan keluar selmat. Dinding penjara yang dingin menyambut kopral joko dengan dingin juga. Ia hanya tinggal menunggu putusan hakim terhadap perkaranya. Dengan sedikit berharap datangnya keajaiban Di rumah sakit sekelompok dokter coba menyelamatkan nyawa seorang pemuda. Ia adalah ahmad. Beberapa orang dokter berusaha keras mengeluarkan peluru dari dalam perut dan kaki Ahmad. Keadaannya kian tak menentu. Darahnya tak henti mengalir walau telah diberi obat bius. Waktu yang tersisa tak lama. Ada 3 peluru yang bersarang di perut Ahmad dan dengan beruntung dikeluarkan dengan mudah oleh tim dokter. Menyisakan peluru - peluru lain yang bersarang di kakinya dan masih berusaha di keluarkan. Sekitar dua jam sudah dokter - dokter itu bekerja. Semua sudah dijahit. Semua lubang - lubang akibat peluru. Tapi ada hal aneh, denyut jantungnya melemah. Tim dokter berusaha mengembalikannya ke normal lagi. Setelah usaha yang begitu gigih. Akhirnya mereka dapat membuat normal kembali walau tetap lemah namun stabil. Ahmad masih belum sadarkan diri.
Hari pertama dipenjara. Hari pertama mengenakan pakaian tahanan. Dan satu sel dengan beberapa penjahat yang pernah ia tangkap. Kopral Joko merasa aneh dengan keadaannya sekarang. Penjahat - penjahat yang pernah ia tangkap menatapnya begitu tajam dari sudut ruang. Ia bahkan tak berdaya lagi. Walau ia sanggup mengalahkan orang itu. Tapi tak mungkin ia berkelahi dengan mereka di dalam penjara. Itu hanya akan menambah kekacauan yang terjadi. Seorang pemuda yang kurus dengan kulit putih sehingga pakaian tahanan itu seakan kebesaran jika dipakai olehnya menghampiri Kopral Joko dengan basa - basi. " bukankah kau detektif itu " pemuda. "tidak lagi" kopral joko. Ia sedang merenung dengan tatapan kosong. "saya indra, kenapa anda disini. Bukan kah anda tidak seharusnya disini" indra. "apa kau baru masuk penjara anak muda. Apa perkara mu ?" kopral joko. Dengan heran ia menatap pemuda yang banyak tanya itu. "ya. Tapi saya adalah korban kekeliruan" indra. "tidak. Aparat tidak pernah keliru" kopral joko. "setelah apa yang mereka lakukan padamu, kau masih percaya mereka?!!. Aku tidak bisa percaya ini" indra agak naik pitam dibuatnya.
Dirumah sakit, Ahmad masih belum sadarkan diri. Jantungnya tetap bekerja. Tetapi tubuhnya tidak. Setelah semua kerja keras seluruh tim dokter. Ia selamat. Namun hanya jantungnya saja. Ia tetap tak sadarkan diri. Semua memori di otaknya seperti akan beku. Tapi tim dokter masih berusaha terus mengecek perkembangannya.
Sementara ia terbaring. Diluar, tampak bagus. Tapi kebusukan didalam tak dapat dihilangkan. Kebusukan yang tak akan terungkap kecuali oleh orang2 terpilih yang cerdas dan berani menghadap tembok besi.
Sebulan berlalu. Ahmad masih belum ada perkembangan. Kopral joko sudah beradaptasi dengan lingkungannya. Misteri peluru belum terungkap tapi tenggelam dalam berita - berita tentang pemerintahan.