Pages

Senin, 15 Oktober 2012

Cerpen - Lima Nafas Terakhir

Siang akhir - akhir ini terasa semakin panas. benar - benar panas hingga rumput di lapangan mengering hingga tersisa tanah merah yang mulai retak - retak. Bangku - bangku papan yang biasanya di ramaikan oleh anak - anak muda komplek Blok B kini tampak sepi sepanjang harinya. beberapa arena bermain di taman juga sepi. ini semua karna panas. di tengah kota besar seperti ini memang sulit menemukan kesejukan.
Pagi kembali menjelang. hari pertama musim panas. Florence membuka pintu rumahnya mengambil beberapa surat dan koran di kotak posnya. "ini koran untuk ayah" sambil meletakan koran di meja makan. "ini surat dari nenek, Bu" Surat itu juga ia letakkan begitu saja di meja makan tepat di depan ibunya. "wah tidak biasa - biasanya aku dapat surat." Florence membuka suarat yang ada di amplop coklat yang terbungkus rapi itu. itu surat dari Jane.
hai sepupuku. rumah ku akan sepi selama beberapa hari. jika kau    ingin berlibur. datanglah. udara disini pastinya lebih sejuk dengan di kota tempat mu tinggal. hahaha. kunci rumah ada di dalam amplop surat ini juga. aku tahu kau akan datang.  bye
Florence membaca surat itu dengan malasnya. "hah. sombong sekali Jane. tapii daripada liburan ini tidak ada kegiatan ada baiknya juga kesana. akan ku ajak temanku juga." ia hanya berbisik dalam hati sambil menyantap sarapannya dengan perlahan. " ibu, ayah. besok aku akan ke rumah Jane. sekalian untuk menjaga rumahnya yang besar itu." Florence. "ya itu terserahmu saja kau yang akan pergi." Ayah Florence. ia menghabiskan sarapannya dengan cepat dan bergegas pergi bekerja. "yasudahlah, berapa lama kau akan menginap disana ??". Ibu Florence. " yaa, mungkin hanya beberapa hari saja, Bu." Florence. " Baiklah. ibu mengerti." Ibu Florence.
"hallo Jake, apa besok kau ada acara"
"hello Allen, apa kau besok ada acara"
"hey Bryan, bisakah besok kau ikut
"hey Santi, apa kau besok bisa ikut"
Florence meng - email mereka semua. Lama ia menunggu jawaban dari teman - temannya itu. hingga datang beberapa E - mail.
Jake : aku tidak ada acara. ada apa
Allen : kau mau mengajak ku kemana ??
Bryan : ke mana ??
Santi : aku pasti ikut. di sini membosankan. jadi bagaimana cara kita bertemu besok ??
Florence membuka e - mail itu satu persatu.
"ke tempat yang pasti lebih menyenangkan dari kota yang panas ini" Florence mengirimkan kata - kata itu ke semua. tidak perlu menunggu lama, balasan pun datang. " baiklah aku ikut." begitu lah rata - rata jawaban mereka.
esok harinya semua sudah siap. bahkan matahari bersinar cerah. Florence mulai menyalakan mesin mobilnya untuk menjemput teman - temannya yang jarak rumah mereka hanya beberapa blok saja dengan rumah Florence. mereka memulai perjalanannya. jalanan tidak macet sedikitpun. mobil pun dapat berjalan kencang tanpa hambatan. mobil memasuki daerah pegunungan. yang tampak bukanlah perumahan lagi. tetapi villa - villa besar yang bertengger di pinggir tebing batu. tidak butuh waktu lama, mobil masuk jalan kecil tanpa aspal. tetapi pemandangan rumput ilalang di kanan kiri jalan tidak terlalu mengecewakan. mereka melewati beberapa lumbung gandum hingga sampai di dekat sebuah danau yang di kelilingi oleh pohon pinus yang tumbuh lebat. di sana terdapat sebuah rumah besar bergaya classic yang berdiri kokoh diatas tebing danau. tak salah lagi itu rumah Jane, senyum Florence.
mereka turun dari mobil. "wahh besar sekali rumah ini" Bryan. ia melongo ke seluruh penjuru rumah dan halaman yang luas. Florence membuka pintu dengan kunci yang diberikan Jane melalui suratnya. "ternyata luar dan dalam rumah ini benar - benar mengesanka. lihat ornamen - ornamen itu. dan ada mini barnya juga!! ini pasti istana. sepupumu pasti orang yang benar - benar kaya Flo" Allen. "dimana kamar mandinya. sejak tadi aku ingin buang air" Bryan. "di sana di bawah tangga" Florence menunjuk sebuah pintu kecil di bawah tangga. "disini benar - benar sejuk" Jake merebahkan badannya ke sofa. "yaa kau benar dan lebih sejuk lagi jika Flo menyiapkan kita minuman. haha" Santi. "Baiklah. di sini semua tersedia" Florence. semua mulai membiasakan dengan suasana.
sore menjelang. cahaya matahari mulai menghilang di antara barisan pohon pinus. lampu - lampu mulai menyala. gelap datang.
"membosankan jika kita tak melakukan apa - apa" Bryan. "ya kau benar juga. hemm. bagaiman jika kita menceritakan kisah - kisah seram" Jake. " ya ide bagus, dan lebih bagus jika ruangan ini remang" Florence. "baiklah kau yang mengajak, kau yang mulai duluan Jake" Bryan. "ya baiklah. aku punya satu cerita. ini adalah cerita hantu bayangan. di suatu villa ada lima remaja yang sedang berlibur. mereka selalu berpesta tiap malam. di satu malam listrik di villa itu padam. mereka bosan, benar - benar bosan mereka menyalakan lilin dan pergi ke kamarnya masing - masing. di malam itu juga angin bertiup kencang. dinginnya lebih mencekam dari malam - malam sebelumnya. satu di antara mereka adalah seorang penakut ia keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar temannya. ia mengetuk pintu itu. namun tak ada jawaban. ia mengetuknya lebih kencang tapi tak ada jawaban juga. pada akhirnya ia mencoba membuka pintu itu sendiri. tidak terkunci !!, ia masuk dan melihat temannya itu telah mati dengan kedua tangan mencekik lehernya sendiri. ia menjerit. lalu berlari ke kamar berikutnya, sama saja dengan kamar berikutnya ia mengetuknya beberapa kali tapi seperti sebelumnya tidak ada jawaban. ia kini dihampiri ketakutan yang besar dalam dirinya takut terjadi kejadi yang barusan ia lihat. kembali ia buka pintu itu sendiri. berdecit pelan. ia buka perlahan. dan dilihatnya darah. darah - darah itu bertumpahan di lantai dan di dinding. ia melihat temanya itu mati dengan keadaan menusuk dirinya sendiri. ia tak bisa menahan ketakutannya. ia berlari menjauh dan dapat menebak temannya yang terakhir pastilah juga mati. tapi ia masih bertanya - tanya apa yang terjadi pada teman - temannya itu. sambil menahan air matanya ia berlari ke kamar berikutnya dan masih tetap berharap temannya yang lain masih hidup" Jake.
"hah membosankan, aku mau mandi saja lah, ada air hangat kan Flo" Allen. "ya di kamar mandi atas. disana juga ada bath tub" Florence. Allen pergi ke atas. "lanjutkanlah ceritanya Jake" Santi. " baiklah. ia berlari terus hingga tiba di depan kamar temannya yg lain. ia membuka pintu kamar berikutnya. tak ada siapapun di kamar itu. hanya ada selimut yang masih rapi. tapi balkonnya terbuka. ia menuju kesana. dan tragis. temannya itu tergantung didinding tebing dengan beberapa luka di kepala. ia semakin pucat dan cepat - cepat keluar dari kamar itu. ia kembali membuka pintu kamar dan" Jake. tiba - tiba mati lampu. " ada apa ini Flo" Santi. "ku rasa generatornya" Florence. "oh iya apa di kamar mandi tidak mati lampu. Allen sejak tadi masih belum keluar kamar mandi" Bryan. " mungkin sebentar lagi. aku akan kebelakang untuk menyalakan generatornya kembali" Florence. "aku akan ikut dengan mu, Flo" Jake. "aku akan ke Allen. kurasa dia tertidur di bsth tub." Santi. "aku akan cari senter" Bryan. mereka semua berpencar mengerjakan pekerjaannya masing - masing.
"aaaaaaaaaa" jeritan Santi terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Bryan, Jake, dan Florence berlari untuk tahu apa yang terjadi. mereka bertiga menhentikan langkahnya. tiba di sana di lihatnya Santi menangis sambil mendekap mukanya di pojok kamar mandi. ia menangis. Jake membuka pintu bath tub. Allen telah mati. tubuhnya terbujur kaku dalam air busa yang sudah dingin. matanya tak dapat ditutup lagi. Jake mencoba menutup mata Florence agar ia tak dapat melihat kejadian mengenaskan itu. Bryan mencoba mencari sumber kematian Allen. Terdapat potongan tembaga kabel yang terjatuh kedalam bath tub. "ini pasti kecelakaan, ada kabel aktif yang terjatuh ke dalam sini" Bryan mengambil sebuah kabel merah yang terjatuh ke dalam bak mandi itu. "tapi dia mati !! bryan." Santi mendongankan kepalanya. Florence mencoba terus menenangkan Santi. " Ayo kita ke ruang tengah di sana kau mungkin bisa tenang." Florence. "ia dibunuh Flo, aku dapat merasakannya. ini semua pasti karna kita menceritakan hal - hal seram tadi. makhluk itu pasti masih mencari korban lainnya" Santi berbisik pada Florence. Florence menatap Santi sebentar dan mencoba menopang tubuh santi yang lemas setelah melihat kejadian buruk itu. "Ayo bryan kita mesti memindahkannya ke tempat yang lebih layak, ambil bed cover di kamar sebelah. cepat"Jake. ia masih menelisik mengapa itu semua dapat terjadi semua begitu hening. tak ada jeritan sama sekali. ia menatap wajah terkejut Allen yanh kini telah menjadi mayat. dalam keremangan senter, sangat sulit menemukan alasan itu. Bryan datang membawa bed cover. dengan hati - hati jake menarik kepala Allen hingga Bryan dapat mengangkat tubuh Allen tanpa menyentuh air yang masih terdapat kandungan listrik itu. Mereka cepat - cepat menutup mayat Allen dengan bed cover. setelah rapi, mereka meninggalkannya di tempat kejadian perkara. Mereka berdua bergegas ke ruang tengah. "kita harus telpon polisi" Jake. " kau benar, di mana telpon di rumah ini" Bryan. " di atas. tepat di ujung koridor" Florance. "tak adakah yanh lebih dekat ??" Bryan. "tak ada. hanya itu yang dapat menelpon keluar daerah komplek" Florence. "tidak ada lagi yang berpisah !!" Santi. " kematian Allen bukanlah kecelakaan, pasti ada hantu di rumah ini" Santi melanjutkan. " kau terlalu terbawa cerita Jake, Santi" Bryan. Santi menatap tajam Bryan. "kau mungkin yang berikutnya" Santi. " aku tidak takut dengan yang seperti itu. aku akan ke atas dan menyelesaikan semua ini" Bryan. " aku ikut dengan mu" Jake. "Jangan, kau lebih dibutuhkan disini, Jake" Bryan. ia melawati beberapa anak tangga. cahaya senternya akhirnya hilang di ujung anak tangga itu. Bryan menemukan telpon itu dan memasukan nomor polisi terdekat. nada sambung berbunyi. terdengar suara langkah kaki. "Jake, apa itu kau ??" Bryan menyenter ke arah sumber suara. langkah kaki itu kian dekat dengannya. "Jake, ini sudah tidak lucu" Bryan. jantungnya berdetak kencang. sskelabat benang melewati tubuhnya. benang yang sangat tajam dan cepat. hingga Bryan tak menyadari tubuhnya terpotong. darah menyembur keluar. ia tergeletak tanpa sempat berteriak sedikitpun. "hallo" suara dari telpon terus menjawab. dan akhirnya ditutup kembali. "lama sekali dia, ada apa ini" Jake. "Bryan !!"  ia berteriak dari atas untuk memanggilnya tapi tak berhasil. tak ada jawaban dari Bryan. "dia pasti sudah mati !" Santi. Florence dan Jake menoleh ke Santi yang tengah meringkuk di antara mereka. "Aku akan keatas" Jake. "tidak kau tapi kita Jake. tidak ada yang boleh berpisah kali ini" Florence. " ini sudah mulai menakutkan" lanjutnya. mereka bertiga naik ke atas. Jake yang memimpin. "Bryan ?, bryan ?..." Jake terus memanggil nama bryan hingga ia menginjak cairan berwarna merah. "ini darah" Jake. "Bryaaaannn .." ia berlari ke arah telpon dan benar dugaan Santi. Bryan mati. tubuhnya mengenaskan. Florence ingin muntah di buatnya. "lebih baik kita pergi dari rumah ini sekarang !!" Florence. mereka  bergegas berlari menuju garasi tempat Florence menyimpan mobilnya."Sial Garasinya terbuka.!!" Florence. "dan mobil ku, hilang !!!.." lanjutnya. "tidak. mobil mu tidak hilang. lihat di tebing jurang danau itu." Santi menunjuk sebuah mobil merah yang tersangkut diantara dahan pinus." habislah kita" lanjutnya. mereka bertiga kehabisan akal. "hanya pagi hari waktu kita untuk meninggalkan tempat ini" Jake. "pada malam hari di luar maupun di dalam sama saja bahayanya" lanjutnya. "kau benar, sebaiknya kita ke ruang generator untuk menyalakan seluruh lampu. "apa kalian berdua sudah gila. sudah dua orang teman kita tewas di dalam sana dan kita akan masuk lagi !!" Santi. "ya hanya itu caranya. dengan keadaan terang kita isa leh mudah melihat sekitar kita" Jake. "Jake benar Santi. diluar pun bisa jadi lebih berbahaya dengan di dalam" Florence. mereka akhirnya bersepakat untuk ke ruang generator. "dimana ruangan itu Flo" Jake. "di ruang belakang rumah ini" Florence. "baiklah kita kesana" Jake. mereka berjalan beriringan dengan rapat, tak ada satupun yang ingin terpisah. ruang tamu kini terasa mencekam. sangat mencekam. ruang di dalam rumah lebih dingin dengan di luar rumah. seakan - akan ruangan ini terdapat banyak mata yang terus mengamati mereka tiap saat. ruangan sempit dan gelap berdiri reot di depan mereka. pintunya masih dari kayu. benar - benar berbeda dengan suasana rumah yang lebih modern. Jake membuka pintunya. ia mencoba menyalakan generatornya tapi tak bisa. ia terus mencoba tapi tidak bisa. "ayolah Jake, perasaanku mulai tidak enak." Santi. Jake terus mencoba. "ssslup" Santi tersungkur. pisau daging menancap kuat tepat di kepalanya. mata Jake terbelalak. Florence menjerit kencang. mereka berdua menoleh kebelakang. tidak ada siapa - siapa, mereka berdua berlari menghambur keluar. tak peduli gelap, jake memegang tangan Florence dan berlari sekencang - kencangnya keluar dari tempat itu. Florence menengok kebelakang. tampak sekelebat bayangan hitam. lalu sebuah belati muncul dari kegelapan. "jake menunduk !!" mereka menunduk belati itu hanya menancap di di dinding kayu rumah. mereka berlari kembali menuju garasi dan keluar dari garasi. melewati semak ilalang dengan banyak jangkrik yang beterbangan. terdengar suara semak terbuka di belakang mereka gerakannya cepat sekali. namun mereka lebih cepat hingga akhirnya mencapai ujung semak ilalang itu. mereka melihat lumbung gandum. mereka kesana dan juga terlihat ada sebuah gubuk kecil yang mereka berharap di sana ada orang. mereka kembali. berlari.berlari. berlari. tak letih sedikitpun hingga tiba di sebuah gubuk tua dengan lampu menyala terang. Jake mengetuk pintu dengan keras. Florence terus melihat kebelakang. mengawasi. pintu terbuka. mereka mulai tenang. pemilik gubuk itu adalah orang tua yang tinggal sendiri menjaga ladang gandumnya. " syukurlah " jake. mereka berdua berleringat dingin. "Ada apa nak. kalian nampak kacau. masuk lah " kakek tua. "terima kasih pak" Jake. "biar ku buatkan teh untuk kalian agar kalian tenang" kakek tua itu bergegas membuatkan teh untuk Jake dan Florens. "ini minumlah untuk menenangkan diri kalian. aku akan ambilkan sup untuk kalian" kakek tua. "terimaksih pak" mereka berdua lega. pak tua itu mengambil dua mangkuk sup. pintu terbuka. "itu yang kau cari. mereka sudah kuhabisi" pak tua itu. Jake dan Florens sudah terkapar kaku di meja makan dengan lidah terjulur. pria berjubah hitam itu menyeret mayatnya keluar."ide racun sianida itu. cukup bagus"..
»the end«

Tidak ada komentar:

Posting Komentar