Pages

Selasa, 09 Oktober 2012

Cerpen - Catatan Kecil Sang Pecinta

Ia berjalan dan terus berjalan. Mencari dan terus mencari. Mencoba menemukan cinta yang abadi. Mencoba menemukan cinta yang serasi. Penat kaki tak tampak ia rasakan. Terus berjalan. Di beberapa desa ditemuinya beberapa gadis yang menarik hati. Ia mendekati. Dan bertanya, bercanda hingga ke akraban itu menjadi sebuah hubungan. Aneh. Ia belum menemukan rasa itu. Apa hati ku mati rasa ?? Ia bertanya seperti itu di tiap langkah hubungan mereka. Pada akhirnya itu bukan jalannya. Ia lalu pergi berkelana kembali mencari cinta. Keluar dari desa itu. Dan meninggalkan masa lalu. Langkah kakinya kini kembali menjejak di pasir panas padang pasir nan gersang tiada terkira. Matahari terasa hanya sejengkal saja diatas kepala. Cahayanya benar - benar membakar tubuh. Akhirnya tubuh kurus itu terjatuh tak jauh di depan sebuah desa. Iring - iringan parade ratu terdengar meriah hingga keluar gerbang desa yang terbuat dari beberapa batu yang di susun, juga dihiasi dengan cantik oleh beberapa ukiran - ukiran emas. Burung gagak mematuk kepala pemuda yang terkapar di atas panasnya pasir. Ia terbangun , tampangnya sungguh berantakan namun pesonanya masih dapat terlihat. Ia masuk gerbang itu dengan mendongakan kepala walau tubuh - tubuhnya serasa akan hancur. Desa itu bisa disebut kota karna luasnya dan begitu teraturnya peradaban disana. Pemuda itu terus mencari air. Hingga tiba di sumur tepat di tengah kota itu. Ia meminum air itu dengan rakusnya seperti unta yang Telah melakukan perjalanan berhari - hari menembus kerasnya padang gersang. Setelah puas, dipandanginya seluruh kota itu. membeli beberapa roti untuk mengisi perut yang baru terisi dengan air. ia benar - benar menikmati kota ini, dimana para bangsawan saling berpapasan dan saling menyombongkan harta mereka. di beberapa sudut kota tak tampak gelandangan yang biasa ditemui di beberapa desa. kota ini benar - benar makmur. walau mereka angkuh namun mereka berbudi baik hingga tiada orang miskin di kota itu. pemuda itu kembali melangkahkan kakinya. berkeliling. disapanya beberapa penjual kain sutra dan beberapa pemuda kota berpakaian bagus yang di jumpainya.
pemuda itu berjalan berjalan berjalan. tanpa letih dirasa. hingga ia berpapasan dengan wanita muda dengan bola mata coklat yang memukau siapa saja yang menatapnya. wajahnya benar - benar bercahaya. pemuda itu tahu betul pastilah gadis itu anak seorang saudagar kaya kota itu. gadis itu sedang menawar beberapa sutra. dan pemuda itu menghampiri. berkenalan. walau hanya beberapa pertanyaan yg diajukan pemuda itu yg dijawab oleh si gadis. wajahnya tersipu malu tiap sang pemuda mencoba menatap matanya. ia lalu berlalu tanpa mengucapkan salam perpisahan pada pemuda pengelana itu. namun ia tahu betul pastilah perkenalan tadi berkesan. hingga esok harinya pemuda itu mencoba mencari gadis yang kemarin ia temui. walau matahari sudah tepat di atas kepala gadis itu tak menampakan dirinya lagi. pemuda itu agak kecewa ada suatu asa dalam diri pemuda itu. ia memutuskan untuk tinggal agak lama dikota itu. hingga ia dapat kembali bersua dengan gadis itu. lama ia menunggu. menunggu. menunggu. hingga ia bosa. tapi pada akhirnya ia kembali bertemu gadis itu. kini semua berbeda. ia yang dihampiri. semua terasa hangat seakan mereka berdua telah lama kenal dan telah lama berpisah. kerinduan terpancar dari bola mata keduanya. dana pada akhirnya impian itu memang terjadi. mereka berdua menjalin kasih. cukup lama. hingga rumput - rumput mengering karena puncak musim panas dikota itu. konflik. konflik. konflik. bumbu percintaan itu selalu menghantui. ya. pada akhirnya pula pemuda itu menemukan kepura - puraan. ia tak dapat menahannya lagi. ia pergi meninggalkan kota itu. ia pergi meninggalkan cintanya. ia coba menghapus semua. ia mulai berangan - angan. fantasinya  seperti tiada habisnya tentang cinta . kembali ia menyeret kaki kakinya yang telah lelah berjalan. matanya. mata hatinyapun terus mencari. beberapa malam dihabiskan dipadang gurun penuh kehampaan. kekosongan. kerancuan.  dibawah keteduhan oasis tengah gurun. tetap saja terasa panas. penat. tak tentram. hati membawanya terus berjalan. tak kenal lelah. walau hingga tak kuat lagi melangkah. langkahnya terseok - seok dengan mata tajam mentap kejauhan. dilihatnya sebuah kota dari tempat ia berdiri. tapi apakah mungkin. apakah disana. terus menerka. menelusur sesuatu yang tak tampak dimata. semakin ia menolak pesona kota itu semakin ia tertarik kedalam pusaran oasis gurun yang menggoda. dengan rasa penuh harap. penuh asa. penuh ke ingin tahuan. berjalan terus berjalan terus berjalan. menembus batas kabut pagi padang pasir yang mengikat tiap langkah. hingga siang belum juga sampai. pemuda itu mulai berpikir itu semua mungkin hanya fatamorgana. Ia merasa ia sudah gila. gila. gila. terus berjalan hingga  sore. masih belum juga sampai. yang ditemui hanyalah burung - burung gagak yang memakan bangkai hewan mati. hingga malam. kegelapan menyelimuti, tapi cahaya lampu diujung sana sangatlah menggoda. terus berjalan. berjalan berjalan. hingga pada akhirnya ia bertemu juga dengan kota itu. sangat ramai. mereka tidak tampak congkak sedikitpun. mereka saling tersenyum satu dengan yg lainnya. mereka bertegur sapa layaknya orang berperadaban maju. pembicaraan mereka adalah bertukar pikiran tentang kemajuan. tentang pemecahan masalah masalah. tentanh kunci kesejahteraan. mereka semua tak kenal dengan orang yang bernama orabg baru. semua orang adalah sama. setara. sederajat. semulia. tiada . raja. pengusa. pemerintah. namun yang ada hanyalah pemikir. pembawa sejahtera dan pemimpin suatu koloni kepintaran dan kerasionalan. pemuda itu berpapasan dengan seorang pria. pria itu menyapanya dengan ramah. pria itu menjabat tangannya. dan bertanya seputar perjalanan yang panjang. pemuda itu banyak berbincang bertukar pikiran. ia sangat menyukai kota ini. tiap orang dikota ini membuatnya berpikir berpikir dengan otaknya juga kerasionalannya sebagai manusia. pemuda itu kini berpikir jauh lebih gila. jika didalam kota ini banyak pria yang dapat menjadi sahabatnya. pastilah juga banyak wanita yang pemikirannya setara. namun tetaplah rumit. seperti mencari sebuah kunci yang terjatuh di kolam lumpur. namun ada satu gadis yang menjadi idamannya. tak pernah ia melihat kesempurnaan yang begitu nyata. tak pernah ia melihat kepintaran dan ambisi yang begity besarnya. mungkinkah gadis itu. pemuda itu terus berpikir. berpikir . berpikir. hingga dapat menemukan keberanian untuk bertegur sapa dengannya. dipagi yang cerah, mentari pun menyemangatinya. ia bertemua gadis itu di perjalanan yang singkat. ia berpapasan dengan gadis yang telah di amatinya sejak ia masuk ke kota ini. ia pada akhirnya berani bertegur sapa. namun tak berani berlama. sapaan itu hanya sekedar sapaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar