Pages

Sabtu, 19 Januari 2013

Belalang lezat gunung kidul

Berburu wisata kuliner jadi hal wajib bagi kebanyakan traveler. Jika sedang traveling ke Gunungkidul, jangan lewatkan mencicipi belalang goreng. Rasanya yang gurih bisa membuat Anda ketagihan. Kriuk! Mungkin tak banyak yang tahu kalau belalang ternyata bisa diolah menjadi kuliner yang lezat. Selain itu, belalang juga kaya akan protein yang bisa menjadi pengganti lauk pauk, seperti ayam dan ikan. Keanekaragaman Indonesia tercermin dalam berbagai hal, salah satunya dalam segi makanan Jika pergi ke luar negeri, Anda akan merasakan betapa kayanya jenis makanan yang ada di Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Betapa makanan yang ada di Nusantara itu beraneka rasa, warna, rupa bahkan makna. Kondisi dan hasil alam Indonesia yang bervariasi tampaknya memberikan pengaruh pada keragaman makanan yang ada ini Saya ingin bercerita sedikit tentang salah satu makanan nusantara, yakni belalang goreng atau walang goreng dalam Bahasa Jawa. Ini adalah salah satu makanan khas yang ada di Kabupaten Gunungkidul, DIY, selain gaplek, tiwul dan gatot. Saya pertama kali mencicipi belalang goreng saat melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Saptosari, Gunungkidul tahun 2005. Awalnya memang terdengar aneh, namun karena penasaran akhirnya pada saya mencicipi juga Belalang memang banyak dijual di wilayah Gunung Kidul. Kalau berkunjung ke sana, Anda bisa menemukan para pedagang mangkal di beberapa tempat, untuk menjajakan binatang yang suka meloncat-loncat ini. Sebut saja di daerah Paliyan, dekat Saptosari. Jika ingin berkunjung ke Pantai Ngrenehan atau Pantai Baron, persis di depan tempat yang sering dijadikan untuk latihan tentara, Anda bisa menemukan penjual belalang. Tempat lainnya adalah di wilayah Semanu. Kabarnya juga ada di tempat lain. Tapi hanya di kedua daerah ini yang pernah saya lihat secara langsung. Biasanya mereka berjualan dengan cara menggantungkan rentengan belalang yang masih hidup Kemudian ditusuk dalam satu potongan bambu atau tali rafia pada kayu atau pada sepeda onthelnya. Setelah digoreng belalang memang terlihat menggelikan seperti kecoa. Tapi janganlah menilai dari luarnya saja. Cobalah cicipi satu, Anda pasti akan menggambil untuk kedua kalinya Setelah yang kedua dan ketiga kalinya pasti ketagihan sampai tak terasa belalang goreng ini habis Rasanya seperti menggigit cangkang kepiting goreng, garing Kriuk-kriuk! Dulu kami makan belalang ini ditemani nasi putih dan sambal bawang. Kadang kami juga menikmatinya dengan sambal kecap, yaitu campuran kecap dan irisan lombok.
Namun, tak jarang pula kami memakan layaknya cemilan sambil nonton TV atau VCD. Jangan tanya soal rasanya, karena sangat guriiiih. Hanya sayang, saya memiliki alergi yang menyebabkan badan langsung bentol-bentol, dan gatal setelah makan belalang ini. Tapi saya tak kehabisan akal. Setiap seminggu sekali kami diberi kesempatan meninggalkan lokasi KKN untuk kembali ke kota. Pada saat itulah aku suka membeli CTM (obat anti alergi) untuk mengusir bentol-bentol sehabis makan belalang.
Cara membuat belalang goreng ini sangatlah gampang. Saya ingat betul bagaimana dulu sering diminta untuk membantu ibu pemilik pondokan KKN saya memasak belalang. Sehabis dibeli dari penjualnya belalang disiram dengan air panas mendidih. Setelah semuanya mati belalang dibersihkan dari bulu- bulu yang melekat. Kemudian, satu per satu sayapnya juga, beserta kepalanya. Selanjutnya, belalang dicuci kembali sampai bersih dan direndam dalam air racikan. Air racikan ini bisa air garam atau bumbu instan. Barulah kemudian belalang yang sudah bersih digoreng dalam minyak panas. Belalang yang dimakan ini biasanya jenis belalang kayu, yaitu belalang yang suka menempel di pohon jati, yang banyak tumbuh di Gunung Kidul. Biasanya banyak ditemukan pada saat musim kemarau. Sesekali saya ikut anak-anak kecil di desa tempat KKN untuk jalan - jalan untuk menangkap belalang ini. Menangkapnya bisa hanya dengan tangan kosong, pakai lem tikus yang dibalurkan pada batang bambu, atau dengan jaring yang dipasang pada ujung bambu. Kadang saya suka jadi bahan tertawaan anak-anak karena sering gagal menangkap belalang. Memang harus diakui kalau anak- anak ini lebih kompeten untuk urusan tangkap-menangkap belalang. Di musim hujan pun belalang masih bisa ditangkap Biasanya dilakukan pada malam hari dengan membawa senter. Namun saya belum pernah mencobanya. Belakangan saya baru tahu kalau belalang punya kandungan protein yang tinggi. Bahkan, lebih tinggi dari makanan penghasil protein lain seperti udang, telur ayam daging ayam atau bahkan daging sapi. Cocok untuk dijadikan alternatif memenuhi kebutuhan protein yang murah meriah Belalang biasanya dijual rentengan dalam keadaan masih hidup Harganya bervariasi tergantung berapa ekor jumlahnya dalam satu renteng. Untuk yang 100 ekor satu renteng dijual seharga Rp 30.000. Untuk yang 150 ekor harganya Rp 45.000. Terlalu banyak? Anda juga bisa membelinya dalam jumlah sedikit Untuk belalang 50 ekor dijual seharga Rp 15.000. Cukup terjangkau bila dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Kalau malas memasak, cukup bilang saja kepada si penjual belalang. Biasanya dia akan membawa pembeli ke rumah warga yang berada di sekitar sana Mereka akan memasaknya untuk Anda. Mau dimakan di tempat atau dibawa pulang, terserah Anda Dengan membayar ongkos masak sekitar Rp 15.000 ditambah harga lain untuk teman makan, Anda sudah bisa memupus rasa penasaran untuk makan belalang ini. Untungnya sekarang juga sudah banyak orang berjualan belalang goreng dalam kemasan plastik atau toples. Dari penjual belalang rentengan yang ada di Paliyan atau Semanu, Anda bisa menuju ke Wonosari tepatnya di Jalan KH Agus Salim. Di sana ada banyak pedagang yang menjual belalang kemasan Harganya murah mulai dari Rp 5.000 hingga puluhan ribu untuk satu kemasannya. Di situ juga sudah banyak rumah makan yang menyediakan lauk belalang. Selain dengan nasi putih, turis juga bisa memakannya dengan tiwul (pengganti nasi khas Gunungkidul berbahan dasar singkong), atau nasi merah. Traveler juga tak perlu khawatir karena belalang ini dihalalkan kok. Penasaran? Tunggu apa lagi, ayo segera meluncur dan penuhi kebutuhan protein tubuh Anda dengan memakan belalang khas Gunungkidul!

Sumber. DetikCom

Jumat, 18 Januari 2013

Puisi - Negeri di ujung senja


Kala surya tenggelam Kala itu pula alam menampilkan keindahan yang menyejukan
Kilatan jingga itu terlukis indah di sisi surya yang akan kembali ke peraduan
Ditemani pula siluet pohon - pohon
Seakan mengucapkan terimakasih untuk hari ini
Kala surya tenggelam Kala itu juga siapapun ingin tenggelam bersamanya
Ikut tinggal bersama di naungan kilatan jingga Hembusan angin yang halus menyibakan dedaunan
Mengatakan selamat tinggal surya
Kala surya tenggelam Disaat itulah ku puja Disaat itu lah Kala Tuhan sedang berkata
"inilah keindahan dunia yang memanjakan mata, menghilangkan penat di dada"

Rabu, 16 Januari 2013

Danau Misterius dengan 500 tengkorak manusia !!

Di dunia, banyak sekali destinasi yang sangat terkenal dengan misterinya. Begitu juga dengan Danau Skeleton di Uttarakhand India. Danau ini terkenal dengan penemuan 500 tengkoraknya yang begitu misterius. Pada tahun 1942, seorang penjaga hutan di Uttarakhand, India menemukan hal yang sangat misterius di Danau Skeleton. Danau ini berada pada ketinggian 16.000 mdpl. Lembah kecil ini memiliki air yang berasal dari cairan es Pegunungan Himalaya, seperti yang dilihat dari situs resmi Danau Skeleton Saat air masih membeku, danau ini memang terlihat biasa-biasa saja Tapi setelah es mulai mencair terlihat sesuatu yang sangat aneh Ada banyak tengkorak di danau ini. Jumlahnya tidak main-main, ada sekitar 500 tengkorak. Saat ditemukan, tengkorak tersebut terlihat berantakan. Ada yang di tengah, di dasar, dan di tepi danau. Banyak orang yang beranggapan bahwa telah terjadi pembunuhan massal di sini. Asumsi lainnya kemudian muncul, bahwa tengkorak tersebut adalah para tentara Jepang yang meninggal karena ingin menyusup ke wilayah India. Lalu Inggris menugaskan tim untuk menginvestigasikan kebenaran dan asal-usul tengkorak tersebut. Para ilmuwan mengatakan, tulang, daging, dan rambut yang masih menempel di tengkorak menandakan bahwa ternyata tengkorak tersebut bukanlah para tentara Jepang yang meninggal. Bertahun-tahun, banyak orang yang bertanya-tanya tentang misteri tengkorak tersebut termasuk para traveler. Tapi kemudian, titik terang mulai terlihat setelah pada tahun 2004 para ilmuwan datang untuk meneliti.

Ternyata, 500-an tengkorak tersebut ada 2 jenis. Hal itu dibuktikan dari tes DNA yang dilakukan para ilmuwan. Jenis yang pertama adalah manusia dengan badan yang cukup tinggi Belakangan diketahui mereka adalah para traveler yang ingin berziarah ke India lewat jalur Himalaya. Jenis yang kedua adalah warga setempat, terlihat dari postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi. Anehnya, semua tengkorak yang ditemukan ternyata mati dengan cara yang sama. Ada luka bekas pukulan di kepala dan pundak mereka. Luka tersebut bukan dari senjata, tapi dari sesuatu yang berbentuk bulat. Lalu, apakah mereka dibunuh oleh sekelompok orang? Jawabannya adalah tidak. Ternyata, mereka mati karena tertimbun bola es secara mengejutkan, bola-bola es berukuran besar menggelinding dari puncak gunung. Traveler dan penduduk asli di Danau Skeleton kemudian menyelamatkan diri mereka di lembah ini. Karena tidak adanya penghalang, akhirnya mereka tertimbun hidup-hidup di sini. Hiii! Tetapi, kisah seram tersebut ternyata tidak menyurutkan para traveler untuk datang kembali. Selain karena misterinya, Danau Skeleton juga menjadi tempat favorit wisatawan yang ingin mendaki gunung di kawasan Uttarakhand. Kawasan ini dikenalcmemiliki pemandangan yang indah. Di beberapa tempat juga terdapat salju abadi.
Sumber. DetikCom

Selasa, 15 Januari 2013

Bandara ter - Ekstrim !!

Bandara Lukla di distrik Solukhumbu, Nepal, punya landasan paling berbahaya. Bagaimana tidak, selain dikelilingi Pegunungan Himalaya, ujung landasan ini pun langsung mengarah ke jurang yang curam! Bandara Lukla pada 2008 lalu telah berganti nama menjadi Hillary Tensing Airport. Bandara ini terkenal sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia. Landasan di bandara ini memiliki panjang 450 meter, lebar 20 meter, dan bentuk landasan dengan kemiringan 12 persen seperti dilansir dari situs Himalayas Trekking, Selasa
(15/1/2013). Berada di ketinggian 2.700 mdpl, ujung landasan di bandara ini langsung mengarah ke jurang. Di Bandara Lukla juga tidak alat bantu pendaratan selain Aerodrome Flight Information Service (AFIS).
Oleh karena itu, pilot tidak boleh sedikit pun melakukan kesalahan saat lepas landas dan mendarat. Pilot harus memiliki perhitungan navigasi yang sempurna. Kalau tidak, siap-siap pesawat menghantam dinding pegunungan atau terperosok ke dalam jurang yang curam. Meski begitu, Bandara Lukla menjadi pintu gerbang untuk para pendaki yang ingin menaklukan Everest Base Camp sampai Gunung Everest. Akan tetapi, butuh perjuangan untuk bisa terbang ke Lukla. Pesawat menuju Lukla hanya bisa terbang saat siang hari dan cuaca cerah. Cuaca buruk juga menjadi salah satu kendala yang harus diperhitungkan oleh pilot. Bila
landasan tertutup awan,penerbangan akan dibatalkan.Selanjutnya, bisa saja traveler menunggu penerbangan kembali pulih selama berhari-hari.Banyak risiko yang harus diperhitungkan dengan matang,tak sembarang pilot bisa melakukan penerbangan ke Lukla.Pilot yang berpengalaman, menjadi satu-satunya yang bisa
menenangkan traveler saat terbang menuju Lukla.Tak banyak maskapai yang melakukan penerbangan dengan tujuan Lukla. Beberapa maskapai dengan tujuan Lukla, yaitu Tara Air, Druk Air, Agni Air, Gorkha
Airlines, Nepal Airlines, Sita Air, Buddha Air, dan Yeti Airlines. Kalau mau, traveler juga bisa menggunakan helikopter. Walau punya landasan paling maut di dunia, inilah bandara domestik yang paling sibuk di Nepal. Saat musim pendakian, lebih dari 50 pesawat lepas landas setiap hari di bandara ini. Bayangkan, sebelum menaklukan jalur pendakian yang sulit ke puncak Gunung Everest, tantangan pertama yang harus Anda lewati adalah terbang dan mendarat di Bandara Lukla. Tidak ada yang bisa Anda lakukan saat melakukan
penerbangan, kecuali percaya sepenuhnya pada pilot!
Sumber. DetikCom

Senin, 14 Januari 2013

Puisi : Hari Ini, Hari Esok

Jaiz melihat sebatang pohon belimbing
Telah menghitam, membusuk, berlubang oleh serangga
Batang basah terkena air hujan Tetesannya mengalir melewati sela dahan mati
Tak terasa waktu
di rasa baru kemarin tertanam
kini telah melapuk semua
terlupa semua kenangan
terbawa oleh angin yang ikut membawa dedaunan mati
Ia mengambil sehelai daun busuk yang hampir memupuk
Berkata dalam hati, apa yang saya lakukan hari ini adalah untuk yang akan saya nikmati esok nanti
Mendongakan kepala, menjulurkan tangan keatas di dalam derasnya angin tanah lapang
Terhembus,
daun mati mencari cari tempat untuk membubuhkan benih.
Matanya tak terlepas dari indahnya liak liuk itu. Tapi hidup terus berjalan. Ia pergi. Jaiz pergi untuk menghampiri esok nanti.

Senin, 07 Januari 2013

Preview Film : 172 Hours lebih bermakna untuk para petualang dibanding 5cm


Menonton film 5 cm kita seperti lagi - lagi di sajikan sebuah drama cinta, walau sedikit terobati dengan beberapa pemandangan yang di abadikan, tetap saja cerita di film ini agak mengecewakan. Dan penonton di buat tidak mengerti dengan makna dari film ini sendiri. Ini pendapat saya pribadi. Jadi tak ada salahnya saya membandingkan denga film ini dengan 172 hours. Mereka membuat film dengan alur cerita yang baik dan sangat inspiratif. Film ini banyak mengajarkan kita tentang arti kehidupan. Juga pemandangan yang sangat bagus juga ditunjukan di film ini. Jadi mungkin anda traveller pecinta movie mesti melihat film ini juga..
Sinopsis 172 hours
127 Hours adalah kisah nyata petualangan yang luar biasa seorang pendaki gunung Aron Ralston untuk menyelamatkan diri setelah sebuah batu yangjatuh menimpa tangannya dan membuat dia terperangkap disuatu lembah yang terisolasi di Utah. Selama lima hari berikutnya Ralston mendiagnosa sekelilingnya dan bertahan dengan perlengkapan yang ada sebelum akhirnya dia memiliki keberanian dan sarana yang cukup untuk melepaskan diri dengan segala cara yang diperlukan, dengan skala dinding 65 kaki dan kenaikan lebih dari delapan kilometer sebelum ia akhirnya diselamatkan. Selama perjalanannya, Ralston ingat teman, kekasih, keluarga, dan dua pejalan kaki ia yang pernah ia temui sebelum kecelakaan itu. Apakah mereka menjadi dua terakhir dari orang-orang yang pernah ditemuinya?

Sinopsis 5 cm
Genta ( Fedi Nuril ), Arial (Denny Sumargo), Zafran ( Herjunot Ali ), Riani (Raline Shah ) dan Ian (Igor
Saykoji) adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan sepuluh tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda- beda. Zafran yang puitis, sedikit "gila", apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi
untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria termacho diantara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan wanita. Ian, dia memiliki badan yang paling subur dibandingkan teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya. Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini. Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari depan kening.

Sumber sinopsis. Wikipedia indonesia & ceritafilmCom

Best Adventure Movie: The Way Back


Sinopsis
Gulag, 1940. Bisa jadi tempat ini adalah tempat paling mengerikan di seluruh dunia. Tak ada penjara dengan
sistem brutal seperti ini. Tak ada orang yang ingin berakhir di sini dan mustahil pula untuk bisa lolos dari neraka ini. Tapi sepertinya fakta ini tak membuat sekelompok kecil tahanan dengan tekad besar jadi gentar. Janusz ( Jim Sturgess), Valka ( Colin Farrell), Smith (Ed Harris ), Khabarov (Mark Strong), Zoran ( Dragos
Bucur ), dan Voss (Gustaf Skarsgård) adalah enam orang dengan tekad baja itu. Dengan tekad bulat, mereka melarikan diri dari Gulag. Berhasil lolos saja tak cukup karena kejamnya alam masih menghadang di hadapan mereka. Mereka masih harus menempuh jarak empat ribu mil, melewati lima negara untuk bisa menghirup udara bebas. Di tengah perjalanan ini mereka bertemu seorang gadis bernama Irena ( Saoirse Ronan ) yang kemudian menyertai perjalanan mereka menuju India. Mampukah mereka semua bertahan dari
ganasnya alam?

Review
Film seperti ini memang 'menyita perhatian'. Bagaimana tidak, dengan janji dibuat berdasarkan kisah nyata saja sudah cukup menarik perhatian, apalagi film ini berkisah tentang bagaimana manusia bisa bertahan saat dihadapkan ganasnya alam. Itu pun masih ada bonus sederet bintang besar yang pastinya bakal menyajikan akting yang prima. Soal akting memang tak ada yang perlu dikomentari dari para aktor dan aktris yang
bermain di film berjudul THE WAY BACK ini. Jim Sturgess, Colin Farrell, Ed Harris , Saoirse Ronan , dan Mark Strong jelas bukan nama baru di dunia akting. Dan tak percuma juga nama besar yang mereka sandang itu karena nyatanya, akting mereka dalam film arahan Peter Weir ini memang bagus. Menyaksikan THE WAY BACK ini di layar kecil mungkin tak akan terlalu memuaskan karena pemandangan yang diambil sebagai latar belakang memang benar-benar indah. Meskipun digambarkan betapa ganasnya alam yang harus dilewati para karakter ini namun di saat yang sama Peter Weir juga menampilkannya sebagai sebuah keindahan yang sulit digambarkan. Memang nyaris tak ada cacat pada THE WAY BACK ini. Kalaupun ada kekurangan, barangkali adalah, dalam durasi 133 menit, deretan adegan yang disajikan Peter Weir ini mulai sedikit memunculkan rasa jenuh walaupun tak terlalu parah.
Sumber. KapanlagiCom
So Travellers, You must see it !!

Travel Info : 10 tempat menarik di Bitung


Jika Anda ke Sulawesi Utara, masukkan Kota Bitung dalam daftar tempat yang akan Anda kunjungi. Di kota yang berjarak 45 kilometer dari Manado ini terdapat berbagai obyek wisata menarik dan beragam, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, dan wisata bahari. Berikut daftar destinasi utama di Kota Bitung sebagai referensi buat Anda yang tertarik untuk mengunjungi kota di bagian Utara Pulau Sulawesi ini.
1. Selat Lembeh

Selat sepanjang 16 kilometer dengan lebar 1-2 kilometer ini memiliki 88 spot penyelaman
yang tak kalah indah dibanding dengan Taman Nasional Laut Bunaken. Beraneka biota laut akan menyajikan pemandangan yang menarik termasuk ribuan jenis ikan seperti Mimic Octopus yang hanya ada diLembeh.
2. Pelabuhan Bitung

Pelabuhan Bitung merupakan pelabuhan alam terbesar di Sulawesi Utara yang menjadi tempat berlabuhnya berbagai jenis kapal baik kapal penumpang, kapal kargo maupun kapal nelayan dan juga terdapat Dermaga khusus milik Angkatan Laut RI.
3. Dermaga Ruko Pateten

Merupakan dermaga super sibuk untuk taksi perahu menuju desa-desa yang ada di Pulau Lembeh dan juga tempat menambatkan perahu nelayan. Dermaga inilah akses menuju spot-spot penyelaman.
4. Monumen Trikora Mandala Sakti

Terletak di Batu Lubang, tepian Pulau Lembeh merupakan monumen sejarah Perang Dunia II. Terlihat dfengan sangat jelas dari daratan Bitung seakan menyampaikan ucapan selamatdatang di Pulau Lembeh.
5. Taman Marga Satwa Tandurusa

Berlokasi di Aertembaga Bitung, di Taman Marga Satwa ini dapat dijumpai primata terkecil di dunia, Tarsius yang merupakan monyet kecil yang hanya terdapat di Pulau Sulawesi.
6. Airprang

Berada di Kelurahan Makawidey, Aertembaga, lokasi ini merupakan sumber air bersih bagi penduduk di sekitar Pulau Lembeh dengan formasi 300 lebih anak tangga.
7. Suaka Alam Gunung BatuAngus dan Gunung Tangkoko
Kawasan suaka alam Batu Angus berada di Kelurahan Makawidey
Kecamatan Aertembaga, sementara Gunung Tangkoko berada di wilayah Kelurahan Batu Putih, Kecamatan
Ranowulu.
8. Gunung Dua Sudara
Gunung kembar yang berada di Kecamatan Ranowulu ini sangat tepat bagi penyuka wisata alam tracking dan hiking.
9. Lokasi Perang Dunia II
Berupa lokasi karamnya kapal sewaktu Perang Dunia Kedua. Sangat tepat bagi penyelaman.
Berada di dua lokasi yakni di bawah laut Kelurahan Mawali, Lembeh Utara dan di bawah
Laut depan Bimoli, Kecamatan Madidir.
10. Pantai-pantai yang indah dengan Pasir Putih
Terdapat beberapa pantai indah dengan pasir putihnya di
antaranya Pantai Millenium, Pantai Batu Putih, Pantai Langi, Pantai Tanjung Merah, Pantai Pasir Panjang, Teluk Kasuari, Teluk Kungkungan dan Teluk
Walenekoko.

Sumber. KompasCom

Artikel : Narsis ?? Awas, Bahayaa !!

Istilah narsis lebih
dikenal sebagai orang yang 'gila
foto' dan membanggakan diri
sendiri. Padahal, narsis merupakan
salah satu penyakit mental atau
gangguan psikologis. Lalu apa
bahayanya?
Narsis atau yang dalam istilah
ilmiah disebut Narcissistic
Personality Disorder (NPD)
adalah gangguan psikologis ketika
seseorang memiliki rasa percaya
diri yang sangat tinggi untuk
kepentingan pribadinya dan juga
rasa ingin dikagumi.
Narsis termasuk salah satu dari
tipe penyakit kepribadian.
Seseorang yang menderita
gangguan narsis biasanya diiringi
juga dengan pribadi yang
emosional, lebih banyak berpura-
pura, antisosial dan terlalu
mendramatisir sesuatu.
Namun, di balik topeng
kepercayaan diri yang tinggi
terdapat sebuah harga diri yang
rapuh dan sensitif terhadap setiap
kritik kecil. Hal ini terjadi dengan
sendirinya dan jika gangguan ini
begitu kuat sehingga mengasingkan
seseorang dari masyarakat, maka
perlu mengambil langkah-langkah
penyembuhan, seperti melakukan
psikoterapi.
Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders serta
American Psychiatric Association
menyebutkan beberapa gejala dan
kriteria penyakit narsis,
diantaranya :
1. Mementingkan diri sendiri,
melebih-lebihkan prestasi dan
bakat yang dimiliki, berharap
dikenal sebagai orang unggul tanpa
ada hasil atau pencapaian
tertentu.
2. Terlalu bangga dengan
fantasinya dan memiliki tujuan
yang tidak realistik tentang
keberhasilan yang tiada batas,
kekuatan, kepintaran, kecantikan
atau kisah cinta yang ideal.
3. Percaya bahwa dirinya sangat
spesial dan hanya bisa bergabung
atau bergaul dengan orang-orang
yang juga memiliki status tinggi.
4. Memerlukan pujian yang
berlebih ketika melakukan sesuatu
5. Memiliki keinginan untuk diberi
julukan tertentu
6. Bersikap egois dan selalu
mengambil keuntungan dari setiap
kesempatan untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya
7. Tidak memiliki perasaan empati
terhadap sesama
8. Selalu merasa iri hati dengan
keberhasilan orang lain dan
percaya bahwa orang lain juga iri
padanya
9. Menunjukkan sifat arogan dan
merendahkan orang lain
10. Mudah terluka, emosional dan
memiliki pribadi yang lemah.
Jika tidak segera ditangani,
gangguan kepribadian narsistik
bisa menimbulkan komplikasi pada
kesehatan, seperti dilansir
Mayoclinic , Kamis (13/12/2012):
1. Penyalahgunaan zat (narkoba
atau rokok)
2. Penyalahgunaan alkohol
3. Depresi
4. Punya pikiran atau perilaku
bunuh diri
5. Mengalami kesulitan dalam
hubungan keluarga atau asrama
6. Bermasalah di tempat kerja
atau sekolah

Sumber. DetikCom

Sabtu, 05 Januari 2013

Novel - 1 kontrakan , 2 cewek , 2 cowokChapter 2 # Akrab



"saya Yoga" yoga mengupurkan tangannya untuk berkenalan. "Saya, Ratna" Ratna. "Ayo Rat, kita mesti beres - beres kamar kita" Riri. Ia menarik lengan Ratna dan hilang di telan pintu kamar depan. "Dia itu, cewek yang menyebalkan" Fajar. "Sudahlah, ayo kita beres - beres kamar kita juga" Yoga. Mereka berdua pun juga hilang ditelan pintu kamar belakang. "mestinya lu gak usah kenalin diri lu ke mereka tadi" Riri. "kenapa ??. Kayaknya yang namanya Yoga itu orang baik - baik kok" Ratna. "yaa, gue tetep gak suka sama mereka. Terutama yang sama yang cowok satunya lagi" Riri. "oke deh. Apa kata lu aja Ri. Eh kita mesti beli kasur nih besok" Ratna. "ya lu bener. Gak mungkin kita tidur di lantai tiap malem. Bisa masuk angin kita" Riri. Sementara di kamar sebelah. "besok anterin gue ke tangerang yuk Ga, gue mau ambil peralatan yang ada di kamar gue ?" Fajar. "ya boleh deh" Yoga. Ia sibuk mengeluarkan semua pakaiannya dari tas dan mengaturnya dengan rapi di pojok kamar. "kamar ini perlu beberapa perubahan dekorasi nih, kita butuh beberapa poster buat di tempel disini, disini dan disini" Fajar. "tersersah lu aja Jar" Yoga. "Gue mau tidur" ia melanjutkan. "oke, memang kita butuh tidur, sekarang" Fajar. Malam yang melelahkan. Banyak yang terjadi hari itu. Mulai dari turun bus hingga mendapat kontrakan.
Malam pergi, Pagi menjelang. "mau ngapain lu Ga ??" Fajar. Ia masih seperti belum sepenuhnya bangun. Matanya masih Sulit terbuka. "saya mau solat" Yoga. Fajar melihat arlojinya. "oh yaudah, bangunin gue jam delapan ya" Fajar. Ia kembali tidur pulas. Yoga keluar kamar. Ruang tamu masih sepi. Ia mencari kamar mandi dan akhirnya ketemu. Kamar mandi itu ada di sebelah kamarnya, begitu juga dapur. Ia mulai berwudhu dengan khusyu. Dan kembali ke kamar. Setelah solat ia melihat arlojinya, sudah jam setengah enam. "mungkin di sini ada yang jual makanan untuk sarapan" pikir Yoga. "jar, lu mau sekalian gue beliin makanan buat sarapan gak" Yoga. Ia mengguncang tubuh Fajar yang sedang tidur pulas. "aa.. Apa, oke deh boleh. Gue nitip nasi uduk yeh" Fajar. Ia gelagapan karena tidurnya terganggu lagi. Yoga keluar kamar, ia agak merasa bersalah juga karena membangunkan Fajar yang sedang tidur pulas. "eh mau kemana Ga ??"  Ratna. Ia tiba - tiba keluar kamar. Yoga agak kaget dibuatnya. "Eh Ratna baru bangun ??, saya mau keluar sebentar, mau beli makanan buat sarapan" Yoga. "iya nih, lu tau gak kamar mandinya dimana ?? Ratna. "oh itu di belakan sebelah kamar saya" Yoga. "oh, eh iya lu mau beli makanan kan. Gue nitip ya dua"  Ratna. Ia mengeluarkan uang dari sakunya. Mereka berpisah. Yoga melangkahkan kakinya keluar rumah. Hari sudah terang. Ia mencari - cari tempat jual makanan. Beruntung dia berpapasan dengan ibu kontrakan. "eh dek Yoga, mau kemana" ibu kontrakan. "saya mau beli makanan, tapi dari tadi gak ketemu - ketemu orang yang jual makanan" Yoga. "oh itu ada di luar gang. Dek Yoga lurus aja ikutin Jalan ini" ibu kontrakan. "oh gitu ya. Makasih bu ya" Yoga. Ia berlalu mengikuti arah yang di tunjukan ibu kontrakan. Benar saja di luar gang banyak orang yang jual makanan mulai dari gorengan, nasi uduk, nasi kuning, ketoprak dan makanan lain. Yoga teringat Fajar meminta di belikan nasi uduk. Ia lalu membeli empat porsi. Sampai dirumah Ratna dan Riri sudah bangun, mereka duduk mengbrol di Ruang tamu, dilihat dari penampilan yang sudah rapi. Yoga memastikan mereka sudah mandi. Sangat berbeda dengan teman sekamarnya yang masih belum tampak juga batang hidungnya di ruang tamu ataupun diruang lain kecuali di kamarnya. "nih Rat, pesanannya" Yoga mengulurkan satu kantung plastik berisi dua porsi nasi uduk. "ini kembaliannya" Yoga melanjutkan. "iya , makasi ya Ga" Ratna. Ia terlihat kontras dengan Riri yang selalu menatap tajam Yoga. Yoga meninggalkan mereka berdua dan masuk ke kamarnya. Fajar masih belum bangun juga. Yoga merebahkan dirinya lagi, karena lelah berputar - putar mencari makanan tadi.
"lu nitip makanan ke dia" Riri. "iya tadi kebetulan ketemu dia pas keluar kamar" Ratna. Ia membuka bungkusan nasi uduknya. "hemm gitu" Riri. Ia kali ini tidak ingin mendebat Ratna karena tindakannya. Mereka berdua makan dengan lahapnya. Sejak tadi malam mereka belum makan. Yoga ketiduran, beruntung ia bangun lagi tepat jam delapan. Ia membangunkan Fajar yang tidurnya semakin pulas saja. "jar, udah jam delapan. Tuh nasi uduk pesenan lu udah gue beliin" Yoga mengguncang tubuh Fajar Dengan keras. Dan akhirnya dia bangun. "oh udah jam delapan yeh," Fajar. Ia menguap besar, dan bangkit dari tidurnya. "eh Ga, kamar mandinya dimana ?" Fajar. "itu disebelah kamar kita" Yoga. Fajar bergegas keluar kamar. Pintu kamar mandi terkunci. "oii yang di dalem buruan dong" Fajar mengetuk - ngetuk pintu kamar mandi. Tak lama Riri keluar dari kamar mandi. "ish lama banget sih" Fajar langsung mengambil alih kamar mandi. Riri menatap tajam sekilas Fajar, sebelum akhirnya pintu tertutup lagi.
"eh minta kunci kontrakan dah sono sama ibu kontrakan Ga" Fajar. Yoga keluar kamar. Ia mengetuk pintu rumah ibu kontrakan. "maaf bu ganggu, saya mau minta kunci kontrakannya" Yoga. "oia saya lupa, sebentar ya" ibu kontrakan masuk kembali kedalam rumahnya. Ia kembali lagi. "nih dek Yoga, sekalian sama kunci serepnya" ibu kontrakan. "iya makasih ya bu" Yoga. Ia kembali lagi ke rumahnya. Ia terpikir untuk memberi kunci yang satunya lagi ke Ratna. Tanpa pikir lagi ia mengetuk pintu kamar Ratna. Yang membukanya Riri. "mau ngapain lu" Riri. "ini .. Saya cuma mau ngasih kunci rumah" Yoga. Ia memberi kuncinya ke Riri dan berlalu meninggalkannya. "Siapa ri ?" Ratna. "si Cupu tuh ngasih kunci" Riri. "si Yoga maksud lu??" Ratna. "ya, siapa lagi" Riri. "hush gak boleh gitu lu. Haha" Ratna. "kita jadi pergi beli peralatan gak nih" Riri. "ya jadi lah, bentar dulu" Ratna.
Rumah, kosong sementara ditinggal penghuninya pergi beraktifitas. Yoga dan Fajar pergi kerumah Fajar yang letaknya di Tangerang. Mungkin mereka pulang nanti agak malam. Maklum saja jarak dari jakarta ke tangerang lumayan jauh. Belum lagi mereka mesti membereskan barang - barang untuk di bawa ke kontrakan. Riri dan Ratna pergi ke pasar membeli keperluan mereka selama hidup di jakarta. Mereka tidak akan lama. Hanya sampai sore mungkin. Tapi mereka hampir bersamaan pergi keluar rumah. Jadi untuk beberapa saat kontrakan itu kosong lagi.
Di perjalanan ke Tangerang. Fajar dan Yoga naik transjakarta untuk mencapai terminal kali deres. "Ga, kalo lu di jakarta, lu mesti biasain naek transjakarta, soalnya rutenya suka bikin bingung, kalo jarang naek ini bisa nyasar lu" Fajar. Ia mulai lagi ocehannya. "itu soal gampang jar, tinggal tanya ke petugasnya juga selesai urusan" Yoga. "yaaa kalo mau nanya gitu sih malah lebih bagus sebenernya, hahaha" Fajar. Panorama kota metropolitan jakarta siang memang berbeda dengan kota padang. Disini berkali - kali lipat lebih sibuk dari padang. Mobil pribadi saling kejar satu sama lain. Kernet - kernet bus kota saling berebut penumpang. Pejalan kaki juga lumayan banyak di pusat kota. Tapi trotoar malah di ambil alih oleh pedagang,  tukang parkir hingga memaksa pejalan kaki mengalah dengan mereka. "eh Ga, lu udah nyiapin perlengkapan buat kuliah ??" Fajar. Akhirnya dia bisa juga berbicara yang sedikit lebih penting. "wah iya Jar, gue mau beli tas buat. Di jakarta tempat beli tas murah di mana ya" Yoga. "di tanah abang aja, kita sekarang kesitu aja sebelum ke rumah gua, gimana ??" Fajar. "boleh juga sih, tapi apa gak sekalian pas pulang dari tangerang aja" Yoga. "tanah abang itu tutupnya aja jam empat Ga, kalo kita kesana pas pulang dari tengerang ya udah tutup lah" Fajar. "oh gitu ya, kita naek apa kesana" Yoga. "naek feeder busway aja lah ga, yang paling aman, sekalian lu nyobain transportasi yang nyaman di jakarta" Fajar. "terserah lu aja deh jar" Yoga. Transjakarta melaju kencang tanpa halangan, walau pendingin bus tidak terasa kehadirannya di dalam bus.
Di tempat lain, Riri dan Ratna sedang tawar menawar sengit di pasar. Mereka menawar dua buah kasur kecil. Dan akhirnya mereka dapatkan kasur yang mereka inginkan dengan harga yang mereka inginkan juga. Wanita memang pintar menawar sesuatu. Mereka beranjak lagi ke lapak pedagang lain. Dan selalu saja terjadi perang tawar menawar. Riri dan Ratna tidak terlalu menghabiskan waktu lama di sana, mereka pulang ke kontrakan setelah puas berbelanja. Kasur kecil, kompor pendaki, pompa air mineral, beberapa piring plastik dan gelas, juga lampu tidur. Mereka berdua mengaturnya dengan rapi. "Kira - kira bisa gak ya kerja sambil kuliah Ri" Ratna. "yaa gue rasa gak bisa, tapi kalo part time bisa, kan kerjanya malem tuh biasanya" Riri. "yah di mana nyarinya ya, Ri" Ratna. "udah gak usah lu pikirin, entar pas kuliah juga banyak temen yang nawarin" Riri. "bener juga lu, Ri. Eh ngomong - ngomong. Itu cowok berdua pada kemana ya, gak keliatan dari tadi pagi" Ratna. "yaa biarin lah. Lebih bagus lagi kalo mereka gak Pulang - pulang" Riri. "ia melahap makanan yang tadi ia beli di pasar.
"ini dia Ga, Tanah abang Blok B. Disini lengkap lah keperluan sehari - hari. Harganya juga murah" Fajar. "yaudah lah ayo ke dalem kita cari yang kita cari" Yoga. Mereka berdua menyusuri toko demi toko. Kebanyakan di sana menjual baju. Cukup sulit menemukannya. Lama berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan itu, akhirnya mereka menemukan lantai khusus menjual sepatu dan tas. Yoga mulai menelisik ke seluruh toko. Ada satu toko yang menarik perhatiannya. "lu yakin mau beli tas gemblok gitu, Ga" Fajar. "lah emang kenapa" Yoga. Ia mencoba beberapa tas. "kita ini udah kuliah, Ga. Biasanya sih anak kuliahan pake tas tali satu, kayak gini nih" Fajar. Ia mengambil salah satu tas modis. "ah saya kan gak kayak lu jar" Yoga. "ya itu sih terserah elu, Ga" Fajar. "oke deh, gue pilih yang ini" Yoga. Ia memilih salah satu tas hitam bodypack. "saya beli yang ini pak" Yoga. Mereka telah menyelesaikan misi pertamanya, di arloji masih jam sebelas tiga puluh. Masih banyak waktu ke tangerang.
Pukul dua tiga puluh, mereka berdua sudah sampai di rumah Fajar. Rumahnya cukup besar. "Mak, ini kawan Fajar" Fajar. Ia memperkenalkan Yoga pada ibunya. "siapa namanya" ibu Fajar. "Yoga" yoga. "ayo Ga, ke kamar gue, kita beres - beres" Fajar. "permisi" Yoga dan fajar berlalu begitu saja. "kita bawa tv, rice cooker, sama kasur aja kali ya Ga" Fajar. "gimana cara bawanya Jar" Yoga. "tenang aja, di deket sini gue punya temen yang punya Mobil bak, kita minta anterin dia aja. Bentar gue telpon dulu orangnya" Fajar. Fajar mengeluarkan ponselnya, nada sambung mulai tersambung. "hallo" orang di seberang telpon. "hallo man, ini gue fajar. Hari ini bisa tolongin gue ngangkut barang ke jakarta gak ??" Fajar. "bisa, bisa. Kebetulan lagi gak dipake mobil gue. Tapi upahnye ada kan, hehe" Orang diseberang telpon. "oke gampang bisa diatur itu, thanks ya man" Fajar. "oke" orang di seberang telpon. Fajar menutup telepon. "oke katanya Ga, selesai kan urusan" Fajar. "yaudah kita beresin barang yang mau diangkut" Yoga. "oke kita bawa, kipas angin, kasur, tv, dispenser, dvd, speaker kecil, bantal, selimut, udahlah itu aja" Fajar. Beberapa barang di bawa oleh fajar sisanya di bawa oleh Yoga. "mau di bawa kemana jar barang - barangnya" ibu Fajar. "ke kontrakan mak, tiga hari lagi kan Fajar kuliah" Fajar. "oh kamu jadi ngontrak" ibu fajar. "iya lah, gak mungkin fajar pulang balik kesini dari jakarta" Fajar. "Itu kan banyak barangnya, mau di bawa pake apa barangnya" ibu Fajar. "di bawa pake mobilnya si Rohman" Fajar. "oh yaudah" ibu fajar. Mereka berdua berlalu kerumah Rohman yang tak jauh dari rumah Fajar. Rohman, pria 20 tahun, 175 cm, gemuk, kulit hitam, rambut kasar tapi disisir rapi, hidung agak bengkok, wajah tidak terlalu tampan tapi cukup menarik jika ia menurunkan sedikit saja berat badannya. "Weh bro, jadi mobil yang mana nih" Fajar. "itu yang item, lu taro' aja disitu barang - barang lu" Rohman. "oia man, kenalin temen Gue, Yoga" Fajar. "Rohman" rohman. "Yoga" yoga. "jadi segini aja nih barang - barang lu" Rohman. "iya, kontrakan gue kecil, udah gitu mesti berbagi sama dua cewek gila" Fajar. "wiih lu satu rumah sama cewek, asik dong" Rohman. "alah gak asik sama sekali man, gak ada yang bener dah pokoknya. Baru ketemu aja gue sama mereka udah berantem" Fajar. "haha, hati - hati lu. Benci - benci, bisa jadi cinta nanti" Rohman. "Gak tau deh ya man" Fajar. "eh jadi kapan mau berangkat ??" Rohman. "eh iya, bentar  ,gue pulang dulu, pamit ama nyokap" Fajar. "ayo Ga balik kerumah dulu, sekalian makan kita" lanjutnya. Mereka makan dengan lahap. Sambil dengan selingan obrolan dengan ibu Fajar. Setelah makan fajar melihat arlojinya, sudah pukul empat sore. Mereka mandi sebelum berangkat kembali jakarta. Setelah fajar berpamitan, mereka langsung kembali menuju rumah Rohman. Disana Rohman sudah menunggu mereka berdua. "jadi kita berangkat sekarang nih" Rohman. "iya" Fajar. Mereka bertiga berhimpitan di ruang supir. Di tengah - tengah fajar. Dia dan rohman mengobrol sepanjang perjalanan, sementara Yoga tidur pulas. Tak dirasa mereka telah sampai lagi di Jakarta, Rohman, Fajar, Yoga bahu - membahu menurunkan barang dari mobil. Mobil itu cuma bisa mengantar sampai depan gang. Selebihnya Yoga dan Fajar yang menyelesaikannya. "oke thanks ya man" Fajar. "iya iya, gue balik dulu yeh, udah malem soalnya. Kapan - kapan gue maen kerumah lu" Rohman. "oke boleh, haha" Fajar. Rohman pergi meninggalkan mereka Berdua. Dua kali angkut saja, barang - barang itu sampai dengan selamat ke kamar mereka. "gila,  banyak banget bawaan mereka" bisik Riri ke Ratna. "ya biarin aja lah. Mending kita tidur, besok kan ada pengarahan buat ospek" Ratna. "oia, yaudahlah" Riri. "akhirnya Ga, kelar juga, sekarang kita tidur gak panas lagi. Haha" Fajar. "iya, ada baiknya kita beresin kasur yang kita dulu, bawa yg lain besok aja, Saya mesti siap buat pengarahan ospek, besok" Yoga. "oke - oke, lu besok juga ya. Emang universitas mana sih lu, UNJ bukan" Fajar. "iya disitu, memang kenapa ??" Yoga. "gue juga di situ Ga" Fajar. "lu ambil jurusan apa" lanjutnya. " saya ambil satra dan bahasa inggris D3, kalo lu??" Yoga. "gue teknik sipil" Fajar. "oh, yasudah saya mau tidur dulu" Yoga. "yaudah, eh iya lu gak solat isya Ga" Fajar. "astghfirullah, saya hampir lupa, terima kasih lu udah ingatkan saya" Yoga. Ia bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Ia kembali lagi setelahnya, Di dapatinya Fajar sudah tidur pulas. Ia salat isya, dengan khusyu dan tidur setelahnya. Siap untuk besok.
»bersambung«

Puisi - Pahlawan

gejolak darah pemuda
aku dapat merasakan adrenalinnya
semangat itu
semangat kasih nan haru
ku tahu kalian takkan pernah diam dan bisu semangat itulah yang ku buru di tengah hutan si raja tega
diantara mereka ku dapat juga suatu jiwa jiwa yang rela bertetes darah
jiwa yang rela bertetes peluh
jiwa yang peka akan rasa iba.
kalian kalian kalian
kalian punya kuasa merdeka
kalian punya nyawa nyawa
nyawa itu yang dinanti para sengsara
kalian !! tiada hati yang jumawa hati itu rendah walau tiada harga. walau harus bertaruh nyawa.

Puisi - Waktu

Terasa baru kemarin tertanam
Kini semua telah menua
Kini telah melapuk semua
Hanya sisa - sisa
Membusuk di tanah yang basah

Hujan kemarin meruntuhkan pohon besar itu
Menghapus segala kegagahannya dulu
Menghapus segala sejarah
Memberi kesempatan sang surya menyinari bibit baru

Tak terasa waktu
Tak terasa ia terus mengejarku
Tak terasa kini ku termakan oleh waktu

Jumat, 04 Januari 2013

Novel - 1 kontrakan, 2 cewek, 2 cowokChapter 1 # ide gila

Kisah ini dimulai dari suatu siang di salah satu dipo mobil di Padang. Yoga, remaja 18 tahun dengan tinggi 175 cm, kulit sawo matang, hidung gak terlalu mancung, rambut hitam rapi. Ia berdiri menunggu bus, tujuannya ke jakarta. Dengan tas besar yang biasa di pakai orang - orang jika ingin naik gunung dan pakaian atasan kaos dan bawahan celana bahan hitam, ia tampak aneh, seperti seorang guru pembimbing yang akan naik gunung dengan pakaian santainya. Tapi dibalik penampilannya yang bisa dibilang agak aneh, ia anak yang pintar, itulah salah satu alasan mengapa ia pergi ke jakarta. Bus yang di jadwalkan berangkat jam 2 sore, belum sampai juga dari bukit tinggi, dipo utama bis itu, padahal sudah jam 2.15. "pak, bilo, bus tu tibo ??, ala jam duo ko" ( pak, kapan bisnya datang. Ini sudah jam dua) Yoga bertanya pada penjaga loket. "saba lah, sabanta lai juo tibo oto tu"(sabar lah, sebentar lagi juga datang bus itu) penjaga loket. "ala labiah jam duo ko,pak" (udah lebih dari jam dua ini, pak) Yoga. "yo tunggu lah sabanta lai, alah dakek oto tu meh" (ya tunggu lah sebentar, udah deket busnya) penjaga tiket. Yoga meninggalkan penjaga loket itu. Ia menunggu dengan bosan. Hujan mulai turun. Ia haru menepi ke depan loket. Jam tiga kurang lima menit, bus yang ditunggu - tunggunya pun datang. "Akhirnya" ia membatin. Penumpang masuk dengan teratur. Kebanyakan penumpang adalah pria paruh baya dan ibu - ibu yang membawa anak - anak kecil. Yoga menelusuri koridor bus. Ia mencari nomor tempat duduknya. Matanya menelisik kearah tempat menyimpan tas. Disanalah nomor - nomor itu tercantum. Ia memeriksa kembali tiketnya. Disana tertulis, padang - jakarta (rawamangun), kelas eko AC, nomor tempat duduk 27 B. Ia coba mencari cari lagi dengan perlahan, karena terlalu banya orang masih berdiri untuk menaikan tas dan mengatur barang bawaannya. "ketemu" bisiknya. Ia mempercepat jalannya. Tempat duduknya tepat di tengah. Tidak terlalu didepan, juga tidak terlalu di belakang. Di sampingnya, sudah terisi. Pria,Remaja modis, sebaya dengan Yoga, rambut hitam panjang halus menutupi telinga, kulit kuning langsat, wajah yang terawat, hidung tidak terlalu mancung, tingggi 173 cm, dan cukup tampan. "duduk disini ya, bro" sambut pria itu. "iya, permisi" Yoga coba mengatur barang bawaannya ke bawah bangku. "banyak juga barang bawaannya, perlu bantuan??" pria itu. "oh tak perlu. Sudah beres" Yoga. Ia akhirnya lega bisa duduk santai di dalam bus. "Saya, Fajar" pria itu mengulurkan tangannya ke arah Yoga. "Saya Yoga" Yoga. "tinggal di padang ??" Fajar. "ya" Yoga. Ia mulai berpikir. Perjalanan ini akan kembali membuatnya penat dengan remaja yang tak bisa berhenti bicara disampingnya."ke jakarta mau ngapain, kerja ??" Fajar. "Saya mau kuliah, kebetulan dapat beasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri disana" Yoga. "oh kuliah, wah kebetulan kalo gitu, gua juga mau kuliah disana. Gue sebenernya gak tinggal di bukit tinggi sih. Kebetulan liburan aja, gue tinggal di tangerang, tapi gue mau ngontrak di Jakarta. Udah dapet tempat sih tapi belom konfirmasi ke yang punya kontrakan jadi gue takut tuh orang ngasih ke orang laen, makanya gue cepet - cepet pulang ke jakarta. Kalo lu mau, lu bisa ikut gue ke kontrakan itu. Kita bisa satu kontrakan. Kalo gue liat waktu itu sih kontrakannya gede. Lu mau ikut gak Ga" Fajar. Yoga sebenarnya tak terlalu memperhatikan Fajar berbicara. Perkiraannya benar. Teman duduk sebangkunya itu banyak bicara. Tapi kata - kata terakhirnya mengenai kontrakan sedikit menarik. Yoga baru sadar, dia belum memikirkan tentang tempat tinggalnya disana, itu akibat ia terlalu senang saat mendapat undangan beasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri dijakarta. "kontrakan ??, boleh juga. Dimana ??" Yoga. "jadi lu belom mikirin mau tinggal dimana dijakarta ??, wah bisa susah tuh Ga, untung lu ketemu gua, kontrakan yang gua incer tuh di daerah Rawamangun, lu mau gk. Entar kalo udah sampe terminal kita langsung ke sana aja" Fajar. "Sial dia jadi belagak pahlawan" Yoga membatin. "oke boleh juga, lagi pula itu dekat kampus saya daerahnya" Yoga. "by the way, lu udah berapa kali ke jakarta ??" Fajar. "baru tiga kali" Yoga. "tiga kali ya. Kemana jakartanya" Fajar. "ke daerah jakarta utara. Saya punya saudara disitu" Yoga. "hemm utara yaa. Jauh juga dari rawamangun. Tapi kenapa lu gak ke rumah sodara lu aja" Fajar. "saya lupa rumahnya dimana" Yoga. "wah susah juga sih kalo gitu" Fajar. Mereka Berdua mulai akrab. Fajar bercerita tentang dirinya yang bersekolah selama 12 tahun di Jakarta. Yoga hanya menjadi pendengar setia ocehan dari Fajar. Terkadang Yoga tertidur sambil mendengar Fajar yang tidak bisa berhenti bercerita. Perjalanan dua hari dua malam ke jakarta pun ditempuh dengan keakraban antara mereka berdua.
Dihari berikutnya, Sore hari di terminal Giwangan, Jogja. Mobil - mobil AKAP berbaris teratur begitu juga penumpang yang naik turun. Dua wanita, wanita pertama, Riri, 18 tahun penampilannya tomboy, celana jeans panjang, baju kaos yang bergambar mengerikan, kulit agak hitam,tinggi 170 cm, badan cukup langsing, rambut sepundak lurus hitam, mata tajam, bibir tipis, hidung agak mancung ,ia sedang mengunyah permen karet dan meletakkan kakinya di barang bawaannya, satu tas besar hitam. Wanita kedua, Ratna, 18 tahun ,terlihat lebih halus, celana jeans abu abu, baju panjang kuning, rambut halus sepunggung yang di ikat rapi, kulit putih terawat, tinggi 170 cm, badan cukup langsing, mata bulat, hidung kecil, bibir tipis, ia duduk di sebelah Riri. "lama banget ya Rat, bisnya, udah telat banget tuh bis" Riri. "sabar aja Ri, sebentar lagi juga datang" Ratna. Mereka berdua datang dari desa yang sama, sekolah yang sama dan bukan dari rumah yang sama tentunya. Diruang tunggu terminal Giwangan, beberapa orang mulai turun kebawah. Bis mereka sudah datang, para agen bis sudah meneriaki penumpangnya untuk segera naik. Tapi masih belum juga ada agen bis yang meneriaki mereka Berdua Untuk naik. Lama sekali, jadwal berangkatnya adalah jam 5 sore tapi sudah lebih dari jam 5 belum juga datang. Riri menghampiri agen bus yang akan mereka tumpangi. Ia membentak penjaga loket. "mana mbak busnya kok belom dateng, udah jam berapa nih" Riri. "iya sebentar lagi dateng kok mbak, tapi mbak nanti pindah bus di Semarang. Soalnya bus yang ini gak ke arah jakarta" Penjaga loket. "yah gimana sih mbak, katanya langsung ke jakarta kemaren" Riri. "maaf ya mbak, saya baru dapet konfirmasi dari pusat. Bus mereka rusak yang buat ke jakarta terakhir. Jadi penumpang mesti pindah di Dipo semarang" penjaga loket. "yaudah deh mbak, jam berapa datengnya" Riri. "jam enam juga udah sampe sini kok, mbak. Maaf ya atas ketidknyamanannya" penjaga loket. " iya ,, iya" Riri. Ia kembali keruang tunggu terminal. "Gimana Ri, apa katanya??" Ratna. "katanya kita mesti naek bus yang lewat semarang, nanti kita turun di situ buat pindah bus" Riri. "lho kok begitu Ri ??". "iya.." belum sempat riri menyelesaikan pendapatnya suara dari ujung pintu keluar ruang tunggu memanggil penumpang bus yang mereka naiki. Mereka berdua bergegas  turun ke bawah bersama yang lainnya mengikuti salah seorang dari agen bus itu. Didepan pintu bus pria gemuk dari agen bus itu menjelaskan apa yang harus dilakukan penumpang yang akan kejakarta dan meminta maaf atas ketidaknyamanannya. Bus ekonomi itu penuh sesak penumpang sekarang karena semua penumpang bercampur yang ingin ke jakarta dan ingin ke tempat tujuan asli Bus itu. Selama 1 setengah jam mereka berdesak - desakan dengan penumpang lain. Bus tiba di dipo semarang. Dan menurunkan semua penumpang yang akan ke jakarta. Riri dan Ratna mulai mencari bus yang akan mereka naiki. "pak, kalo AC ekonomi yang ke Jakarta, yang mana ya pak" Riri. Ia bertanya kepada seorang pria setengah baya yang sedang membetulkan bus. "oh eko AC jakarta terakhir ya. Di baris ketiga dari sini, mbak" Montir. "makasi ya pak" Riri. Mereka berdua kemudian mengikuti saran orang itu. Dan betapa leganya. Mereka akhirnya duduk nyaman di bangku penumpang dengan sirkulasi udara yang sejuk. Mereka berdua tertidur karena letihnya satu setengah jam berdiri di dalam keadaan bus yang penuh sesak. Bus berangkat jam delapan dari dipo itu. Jalannya tidak terlalu cepat. Perjalanan seharian akan ditempuh. Pagi mereka baru setengah perjalanan. "lu bener udah dapet kontrakan Ri, di Jakarta" Ratna. "bener lah, tapi gue belom konfirmasi sih, cuma liat ketempat itu aja, gue yakin kok tuh yang punya gak bakal ngasih ke yang laen" Riri. "bagus deh" Ratna.
Jakarta Malam. Terminal Rawamangun mulai sibuk dengan aktifitas urbanisasi. Kebanyakan bus dari Sumatera tiba malam hari disana. Bus yang di tumpangi Fajar dan Yoga sampai tepat pukul sembilan malam. Mereka bersiap keluar dari bus , didalam bus hanya tinggal beberapa orang saja. "eh kita makan dulu aja, baru ke kontrakan" Fajar. Yoga melihat arlojinya. "ini kan udah larut malam  apa itu yang punya kontrakan gak keganggu sama kita" Yoga. "ini Jakarta Ga, disini jam segini tuh masih sore" Fajar. Yoga berpikir "benar juga apa yang di bilang Fajar. Ini kan kota besar". "udah jangan kebanyakan mikir. Kita makan aja dulu, gue udah laper. Lagi pula itu kontrakan gak jauh kok dari sini" Fajar. "oke deh" Yoga. Mereka berjalan menuju salah satu warung makan. Fajar memesan beberapa makanan, goreng jengkol, sayur bayam, ayam goreng kerupuk dengan minumnya es teh manis. Yoga sama dengan Fajar. Ia belum terbiasa jadi ikut apa yang dipesan Fajar saja.
Di waktu yang sama, di terminal pulogadung. Bis bis dari luar kota jakarta datang bergantian memenuhi tempat kosong di terminal. Bus mereka berdua memasuki terminal. Penumpang - penumpang meninggalkan tempat duduknya, turun memenuhi terminal. "dari sini kita naek apa Ri ??" Ratna. "lu ikutin gue aja, oke" Riri. Mereka berdua naik bus mayasari bhakti yang tidak terlalu penuh. setengah jam saja mereka sudah sampai di daerah rawa mangun. mereka berdua masuk ke gang yang cukup besar, cukup besar untuk lalu lalang motor tapi terlalu kecil untuk mobil.
Fajar dan Yoga telah menyelesaikan makanan mereka, dan langsung menuju ke kontrakan. mereka memasuki gang yang tidak cukup luas untuk mobil. mereka melangkahkan kakinya lebih cepat. Riri dan Ratna hampir sampai di rumah kontrakan yang dituju. Pemilik kontrakan keluar dari rumahnya. "bu, yang punya kontrakan mana ??" Riri dan Fajar berbarengan. "iya saya yang punya kontrakan. kalian berempat mau ngontrak disini" ibu kontrakan wanita paruh baya, berbadan gemuk, tidak terlalu tinggi dengan rambut kasar mengembang yang sudah memakai baju tidur tradisional bermotif bunga - bunga. "berdua bu, kita berdua mau ngontrak disini" Fajar menatap tajam Riri. "kita juga berdua bu, mau ngontrak disini" Riri balik menatap tajam Fajar. "tapi cuma satu rumah doang yang kosong. kalian berempat juga bisa kok. rumahnya gede" ibu kontrakan. "maaf sebelumnya, bu. tapi apa gak jadi fitnah nantinya kalo kita berempat tinggal seatap" Yoga. "siapa juga yang mau tinggal sama kalian berdua" Riri. "hey emang lu kira, kita mau tinggal sama kalian" Fajar balik menyerang Riri. "sudah sudah kaliang jangan berantem. jadi gimana ini??" ibu kontrakan. "kita mau, bu tapi berdua aja" Riri langsung menyambar. "lho gk bisa gitu dong. kita kan barengan nyampenya biar ibunya aja yang nentuin" Fajar. "yasudah yasudah, jadi kalian gk mau berempat disini. cari kontrakan lain aja. jam segini udah susah cari kontrakan, di daerah sini aja udah penuh semua. soalnya banyak mahasiswa baru" ibu kontrakan. "udah terima aja" bisik Ratna pada Riri. "yaudah deh bu kita ngalah. tapi kalo mereka macem - macem sama kita gimana" Riri masih menatap tajam Fajar. "tenang aja di dalem ada dua kamar tidur gede cukup buat nampung dua orang, jadi kalian bisa tidur kepisah. ruang tamu ada di depan dua kamar itu. biar lebih jelas mending kita masuk dulu liat di dalem" ibu kontrakan. "yaudah deh bu, kita terpaksa deh. dari pada ngegembel malem ini" Fajar. ibu kontrakan mengambil kunci rumah kontarkannya kedalam rumahnya yang tepat disebelah kontrakan itu. "mari silakan masuk, diliat - liat aja dulu" ibu kontrakan. Fajar dan Yoga melihat kamar paling ujung. "lumayan luas juga sih, cukuplah buat kita berdua Ga" Fajar. Yoga menghampiri ibu kontrakan yang menunggu mereka di ruamg tamu. "ini kalau kita tinggal berempat beneran gapapa bu" Yoga. "gapapa, dijakarta ini orang - orang memikirkan diri sendiri saja sudah susah. mana ada waktu buat mikirin urusan orang laen" ibu kontrakan. "hemm bagus lah, tapi saya bakal cepet - cepet cari tempat baru kok bu, takut ngerepotin ibu nanti. nanti banyak yang ngomongin kontrakan ibu lagi" Yoga. "gapapa dek, saya yakin kalian anak - anak baik kok. adek ini dari mana ya. kayaknya baru ya di jakarta" ibu kontrakan. "iya saya baru mau kuliah" Yoga. "oh mahasiswa ya" ibu kontrakan. Fajar bergabung dengan Yoga. "bu, ini sebulannya berapa ??" Fajar. "600 ribu" ibu kontrakan. "sekamar ??" Fajar. "bukan. serumah ini"  ibu kontrakan. tak lama Riri dan Ratna bergabung  dengan mereka. "berapa bu sebulannya" Riri. "600 ribu aja neng" ibu kontrakan. "oke deh bu kita mau" Riri. Riri mengeluarkan 600 ribu dari kantongnya. "ini 600 ribu serumahnya neng, jadi bayar  300 aja. jadi setengah - setengah aja sama temen serumahnya" ibu kontrakan. Riri melirik sekilas ke Fajar. Fajar mengeluarkan uang 150 ribu dari sakunya, begitu juga Yoga. "oke terimakasih, selamat malam untuk kalian" ibu kontrakan. ia pergi begitu menerima uang sewa.
»bersambung«

Kamis, 03 Januari 2013

Cerpen - Jalan 21

Siang ini mencapai puncaknya. Temperatur mencapai 36 derajat celcius. Sebuah jalan kecil di sebuah desa yang kecil. Jalan 21. Disitulah mereka tinggal. Sebuah gubuk tua. Mikael. Ia adalah pemuda miskin. Penyendiri. Dan misterius. Rambutnya panjang tak terawat. Dengan baju musim panas yang kotor. Wajahnya terlihat lebih tua dari umurnya. Ia adalah pemuda 25 tahun tapi wajahnya memberi kesan ia berumur 40 tahun. Ia pria tinggi dengan kumis dan janggut yang menyatu hingga menutupi bibirnya yang tipis. Siang itu ia baru pulang dari ladang gandum luas di belakang rumah miliknya. Peralatan yang ia bawa memperlihatkan kesan ngeri. Tapi tak akan ada yang melihatnya seperti itu. Ia hanya tinggal di daerah yang kecil bahkan terpencil. Di gubuk itu juga tinggal kakak Mikael yaitu James. Ia pria berbadan tambun. Dengan kumis dan janggut yang cukup terawat. Tampak sekali ia selalu mencukur bulu - bulu yang menutupi bibir tipisnya. Tingginya hampir sama seperti mikael sekitar 185 cm. Pakaian petani yang ia pakai terlihat sempit karena badannya yang besar. "Mikael !!" James. Mikael menghampiri James. "pergilah ke gudang. Dan coba kau periksa apa yang kita punya" James. Mikael pergi tanpa berkata apapun. Digudang yang berdebu itu tesimpan beberapa karung gandum yang ditumpuk dan tiga ekor sapi australia. Mikael kembali ke James yang sedang duduk di kursi goyang dekat teras rumah. "3karung gandum" Mikael. Ia hanya bicara itu dan pergi lagi. Begitulah Mikael, sangat pendiam. Siang menjelang petang burung - burung pergi kesarang. James mencoba menyalakan generator untuk penerangan. Mikael pergi kerumah pamannya, Baines. Mereka berencana untuk berburu. James tak peduli itu. Ia sedang menjalankan bisnis dengan orang kota. Tiap malam ia pergi. Mikael pergi dengan membawa senapan dan beberapa benang tajam. Matahari mulai tenggelam. Mikael berjalan ke atas tebing dengan pemandangan danau yang indah. Disana mereka dikuburkan. Orang tua Mikael. Mereka mati dalam kecelakaan saat Mikael masih berumur 7 tahun. Tiap sore. Mikael selalu menyempatkan diri ke makam orang tuanya itu. Hingga matahari terbenam. Pamannya telah siap juga dengan peralatan berburu. Pria pendek berumur setengah abad dengan baju longgar dan sepatu berburu. Wajahnya agak keriput.
Gelap mulai menghampiri. Hutan tampak menyeramkan bagi yang tak terbiasa. Mereka sudah terbiasa. Dengan senapan. Mereka bisa membunuh apa saja dengan itu. "kau lihat itu Mike" paman baines. Duar. Suara tembakan mengejutkan burung - burung yang sedang tertidur. Seketika seekor rusa besar terjatuh dari balik semak. "selalu tak mendengara aba - aba. Tapi tak apa ini tangkapan besar. Mike" paman baines. Ia mengikat kaki - kaki rusa itu dan membawanya ke mobil bak terbuka yang biasa ia pakai untuk mengangkut hasil panen.
Sorot lampu mobil paman baines menerangi jalan pedesaan yang berlumpur. Di samping kanan kiri mereka hanyalah pepohonan pinus yang begitu lebat. Di depan sudah tampak rimbunan ladang Gandum. Batang - batang gandum itu begitu rapat dan tinggi. Hingga rumah paman baines tersamar dibalik ladang itu. Perlahan mobil meninggalkan hutan dan masuk jalan pedesaan. Walau itu hanya sebuah jalan kecil namun Ladang - ladang dan pemandangan alamnya benar - benar menakjubkan. Mereka telah sampai, 1 ekor rusa, dan 3 ekor kelinci diturunkan dari mobil. Juga seekor musang hidup yang tadinya terperangkap jebakan. Mikael memasukan semua ke dalam rumah paman baines. "kau mau teh Mike." paman baines. Mike hanya mengangguk. Ia duduk di sebuah bangku salah satu sisi meja makan. Tak lama paman baines membawa teh hangat ke meja makan. Aromanya melati campur mint. Benar - benar menyejukan. Paman baines memang saat muda dulu ia pernah bekerja di sebuah toko teh cina. Tak heran ia dapat membuat teh yang nikmat. Mikael terlihat selalu menikmati teh yang dibuat paman baines. Wajahnya cerah seketika. Seolah tak terasa letih lagi. Setelah dirasa tidak letih lagi Mikael bangkit dari kursinya. "kau tidak menginap Mike ?" paman baines. "tidak,." Mikael. "yasudah, terima kasih telah membantuku berburu. Besok pagi paman akan kerumah mu mengatar hasil berburu hari ini" paman baines. "ya, paman" Mikael."oia apa kau ingin membawa musang ini" paman baines. Seekor musang hitam kecil agak terpincang di dalam kandang kecil. Mikael melihatnya sejenak. "akan kubawa" Mikael. Ia melangkah keluar. Rumahnya agak jauh dari rumah paman baines. Juga gelapnya malam yang sudah semakin larut. Namun, Mikael sudah terbiasa dengan hal itu. Ia berjalan menyusuri jalan berlumpur melewati ladang - ladang gandum. Dari kejauhan sebuah tebing batu dengan rumput tipis dan satu pohon pinus tua tampak indah tersiram cahaya rembulan. Itu membuat siluet yang begitu indah. Namun siluet dua pusara dibawah pohon pinus tua mengundang kesedihan.
Mikael sampai di rumahnya. James ternyata masih belum pulang. Itu tak masalah baginya. James memang selalu begitu. Ia memindahkan musang kecil itu keluar kandang. Ia memberi sedikit obat luka di kaki musang itu. Dan kembali memasukannya kedalam kandang yang lebih besar dengan sebuah dahan kecil didalamnya. Musang itu tampak bingung dengan tempat barunya. Mikael mencucui tangannya yang kotor sehabis berburu tadi. Ia merebahkan diri di kamarnya yang kecil. Begitu saja, hingga ia terlelap, bermimpi saat - saat indah di Jalan 21.