"saya Yoga" yoga mengupurkan tangannya untuk berkenalan. "Saya, Ratna" Ratna. "Ayo Rat, kita mesti beres - beres kamar kita" Riri. Ia menarik lengan Ratna dan hilang di telan pintu kamar depan. "Dia itu, cewek yang menyebalkan" Fajar. "Sudahlah, ayo kita beres - beres kamar kita juga" Yoga. Mereka berdua pun juga hilang ditelan pintu kamar belakang. "mestinya lu gak usah kenalin diri lu ke mereka tadi" Riri. "kenapa ??. Kayaknya yang namanya Yoga itu orang baik - baik kok" Ratna. "yaa, gue tetep gak suka sama mereka. Terutama yang sama yang cowok satunya lagi" Riri. "oke deh. Apa kata lu aja Ri. Eh kita mesti beli kasur nih besok" Ratna. "ya lu bener. Gak mungkin kita tidur di lantai tiap malem. Bisa masuk angin kita" Riri. Sementara di kamar sebelah. "besok anterin gue ke tangerang yuk Ga, gue mau ambil peralatan yang ada di kamar gue ?" Fajar. "ya boleh deh" Yoga. Ia sibuk mengeluarkan semua pakaiannya dari tas dan mengaturnya dengan rapi di pojok kamar. "kamar ini perlu beberapa perubahan dekorasi nih, kita butuh beberapa poster buat di tempel disini, disini dan disini" Fajar. "tersersah lu aja Jar" Yoga. "Gue mau tidur" ia melanjutkan. "oke, memang kita butuh tidur, sekarang" Fajar. Malam yang melelahkan. Banyak yang terjadi hari itu. Mulai dari turun bus hingga mendapat kontrakan.
Malam pergi, Pagi menjelang. "mau ngapain lu Ga ??" Fajar. Ia masih seperti belum sepenuhnya bangun. Matanya masih Sulit terbuka. "saya mau solat" Yoga. Fajar melihat arlojinya. "oh yaudah, bangunin gue jam delapan ya" Fajar. Ia kembali tidur pulas. Yoga keluar kamar. Ruang tamu masih sepi. Ia mencari kamar mandi dan akhirnya ketemu. Kamar mandi itu ada di sebelah kamarnya, begitu juga dapur. Ia mulai berwudhu dengan khusyu. Dan kembali ke kamar. Setelah solat ia melihat arlojinya, sudah jam setengah enam. "mungkin di sini ada yang jual makanan untuk sarapan" pikir Yoga. "jar, lu mau sekalian gue beliin makanan buat sarapan gak" Yoga. Ia mengguncang tubuh Fajar yang sedang tidur pulas. "aa.. Apa, oke deh boleh. Gue nitip nasi uduk yeh" Fajar. Ia gelagapan karena tidurnya terganggu lagi. Yoga keluar kamar, ia agak merasa bersalah juga karena membangunkan Fajar yang sedang tidur pulas. "eh mau kemana Ga ??" Ratna. Ia tiba - tiba keluar kamar. Yoga agak kaget dibuatnya. "Eh Ratna baru bangun ??, saya mau keluar sebentar, mau beli makanan buat sarapan" Yoga. "iya nih, lu tau gak kamar mandinya dimana ?? Ratna. "oh itu di belakan sebelah kamar saya" Yoga. "oh, eh iya lu mau beli makanan kan. Gue nitip ya dua" Ratna. Ia mengeluarkan uang dari sakunya. Mereka berpisah. Yoga melangkahkan kakinya keluar rumah. Hari sudah terang. Ia mencari - cari tempat jual makanan. Beruntung dia berpapasan dengan ibu kontrakan. "eh dek Yoga, mau kemana" ibu kontrakan. "saya mau beli makanan, tapi dari tadi gak ketemu - ketemu orang yang jual makanan" Yoga. "oh itu ada di luar gang. Dek Yoga lurus aja ikutin Jalan ini" ibu kontrakan. "oh gitu ya. Makasih bu ya" Yoga. Ia berlalu mengikuti arah yang di tunjukan ibu kontrakan. Benar saja di luar gang banyak orang yang jual makanan mulai dari gorengan, nasi uduk, nasi kuning, ketoprak dan makanan lain. Yoga teringat Fajar meminta di belikan nasi uduk. Ia lalu membeli empat porsi. Sampai dirumah Ratna dan Riri sudah bangun, mereka duduk mengbrol di Ruang tamu, dilihat dari penampilan yang sudah rapi. Yoga memastikan mereka sudah mandi. Sangat berbeda dengan teman sekamarnya yang masih belum tampak juga batang hidungnya di ruang tamu ataupun diruang lain kecuali di kamarnya. "nih Rat, pesanannya" Yoga mengulurkan satu kantung plastik berisi dua porsi nasi uduk. "ini kembaliannya" Yoga melanjutkan. "iya , makasi ya Ga" Ratna. Ia terlihat kontras dengan Riri yang selalu menatap tajam Yoga. Yoga meninggalkan mereka berdua dan masuk ke kamarnya. Fajar masih belum bangun juga. Yoga merebahkan dirinya lagi, karena lelah berputar - putar mencari makanan tadi.
"lu nitip makanan ke dia" Riri. "iya tadi kebetulan ketemu dia pas keluar kamar" Ratna. Ia membuka bungkusan nasi uduknya. "hemm gitu" Riri. Ia kali ini tidak ingin mendebat Ratna karena tindakannya. Mereka berdua makan dengan lahapnya. Sejak tadi malam mereka belum makan. Yoga ketiduran, beruntung ia bangun lagi tepat jam delapan. Ia membangunkan Fajar yang tidurnya semakin pulas saja. "jar, udah jam delapan. Tuh nasi uduk pesenan lu udah gue beliin" Yoga mengguncang tubuh Fajar Dengan keras. Dan akhirnya dia bangun. "oh udah jam delapan yeh," Fajar. Ia menguap besar, dan bangkit dari tidurnya. "eh Ga, kamar mandinya dimana ?" Fajar. "itu disebelah kamar kita" Yoga. Fajar bergegas keluar kamar. Pintu kamar mandi terkunci. "oii yang di dalem buruan dong" Fajar mengetuk - ngetuk pintu kamar mandi. Tak lama Riri keluar dari kamar mandi. "ish lama banget sih" Fajar langsung mengambil alih kamar mandi. Riri menatap tajam sekilas Fajar, sebelum akhirnya pintu tertutup lagi.
"eh minta kunci kontrakan dah sono sama ibu kontrakan Ga" Fajar. Yoga keluar kamar. Ia mengetuk pintu rumah ibu kontrakan. "maaf bu ganggu, saya mau minta kunci kontrakannya" Yoga. "oia saya lupa, sebentar ya" ibu kontrakan masuk kembali kedalam rumahnya. Ia kembali lagi. "nih dek Yoga, sekalian sama kunci serepnya" ibu kontrakan. "iya makasih ya bu" Yoga. Ia kembali lagi ke rumahnya. Ia terpikir untuk memberi kunci yang satunya lagi ke Ratna. Tanpa pikir lagi ia mengetuk pintu kamar Ratna. Yang membukanya Riri. "mau ngapain lu" Riri. "ini .. Saya cuma mau ngasih kunci rumah" Yoga. Ia memberi kuncinya ke Riri dan berlalu meninggalkannya. "Siapa ri ?" Ratna. "si Cupu tuh ngasih kunci" Riri. "si Yoga maksud lu??" Ratna. "ya, siapa lagi" Riri. "hush gak boleh gitu lu. Haha" Ratna. "kita jadi pergi beli peralatan gak nih" Riri. "ya jadi lah, bentar dulu" Ratna.
Rumah, kosong sementara ditinggal penghuninya pergi beraktifitas. Yoga dan Fajar pergi kerumah Fajar yang letaknya di Tangerang. Mungkin mereka pulang nanti agak malam. Maklum saja jarak dari jakarta ke tangerang lumayan jauh. Belum lagi mereka mesti membereskan barang - barang untuk di bawa ke kontrakan. Riri dan Ratna pergi ke pasar membeli keperluan mereka selama hidup di jakarta. Mereka tidak akan lama. Hanya sampai sore mungkin. Tapi mereka hampir bersamaan pergi keluar rumah. Jadi untuk beberapa saat kontrakan itu kosong lagi.
Di perjalanan ke Tangerang. Fajar dan Yoga naik transjakarta untuk mencapai terminal kali deres. "Ga, kalo lu di jakarta, lu mesti biasain naek transjakarta, soalnya rutenya suka bikin bingung, kalo jarang naek ini bisa nyasar lu" Fajar. Ia mulai lagi ocehannya. "itu soal gampang jar, tinggal tanya ke petugasnya juga selesai urusan" Yoga. "yaaa kalo mau nanya gitu sih malah lebih bagus sebenernya, hahaha" Fajar. Panorama kota metropolitan jakarta siang memang berbeda dengan kota padang. Disini berkali - kali lipat lebih sibuk dari padang. Mobil pribadi saling kejar satu sama lain. Kernet - kernet bus kota saling berebut penumpang. Pejalan kaki juga lumayan banyak di pusat kota. Tapi trotoar malah di ambil alih oleh pedagang, tukang parkir hingga memaksa pejalan kaki mengalah dengan mereka. "eh Ga, lu udah nyiapin perlengkapan buat kuliah ??" Fajar. Akhirnya dia bisa juga berbicara yang sedikit lebih penting. "wah iya Jar, gue mau beli tas buat. Di jakarta tempat beli tas murah di mana ya" Yoga. "di tanah abang aja, kita sekarang kesitu aja sebelum ke rumah gua, gimana ??" Fajar. "boleh juga sih, tapi apa gak sekalian pas pulang dari tangerang aja" Yoga. "tanah abang itu tutupnya aja jam empat Ga, kalo kita kesana pas pulang dari tengerang ya udah tutup lah" Fajar. "oh gitu ya, kita naek apa kesana" Yoga. "naek feeder busway aja lah ga, yang paling aman, sekalian lu nyobain transportasi yang nyaman di jakarta" Fajar. "terserah lu aja deh jar" Yoga. Transjakarta melaju kencang tanpa halangan, walau pendingin bus tidak terasa kehadirannya di dalam bus.
Di tempat lain, Riri dan Ratna sedang tawar menawar sengit di pasar. Mereka menawar dua buah kasur kecil. Dan akhirnya mereka dapatkan kasur yang mereka inginkan dengan harga yang mereka inginkan juga. Wanita memang pintar menawar sesuatu. Mereka beranjak lagi ke lapak pedagang lain. Dan selalu saja terjadi perang tawar menawar. Riri dan Ratna tidak terlalu menghabiskan waktu lama di sana, mereka pulang ke kontrakan setelah puas berbelanja. Kasur kecil, kompor pendaki, pompa air mineral, beberapa piring plastik dan gelas, juga lampu tidur. Mereka berdua mengaturnya dengan rapi. "Kira - kira bisa gak ya kerja sambil kuliah Ri" Ratna. "yaa gue rasa gak bisa, tapi kalo part time bisa, kan kerjanya malem tuh biasanya" Riri. "yah di mana nyarinya ya, Ri" Ratna. "udah gak usah lu pikirin, entar pas kuliah juga banyak temen yang nawarin" Riri. "bener juga lu, Ri. Eh ngomong - ngomong. Itu cowok berdua pada kemana ya, gak keliatan dari tadi pagi" Ratna. "yaa biarin lah. Lebih bagus lagi kalo mereka gak Pulang - pulang" Riri. "ia melahap makanan yang tadi ia beli di pasar.
"ini dia Ga, Tanah abang Blok B. Disini lengkap lah keperluan sehari - hari. Harganya juga murah" Fajar. "yaudah lah ayo ke dalem kita cari yang kita cari" Yoga. Mereka berdua menyusuri toko demi toko. Kebanyakan di sana menjual baju. Cukup sulit menemukannya. Lama berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan itu, akhirnya mereka menemukan lantai khusus menjual sepatu dan tas. Yoga mulai menelisik ke seluruh toko. Ada satu toko yang menarik perhatiannya. "lu yakin mau beli tas gemblok gitu, Ga" Fajar. "lah emang kenapa" Yoga. Ia mencoba beberapa tas. "kita ini udah kuliah, Ga. Biasanya sih anak kuliahan pake tas tali satu, kayak gini nih" Fajar. Ia mengambil salah satu tas modis. "ah saya kan gak kayak lu jar" Yoga. "ya itu sih terserah elu, Ga" Fajar. "oke deh, gue pilih yang ini" Yoga. Ia memilih salah satu tas hitam bodypack. "saya beli yang ini pak" Yoga. Mereka telah menyelesaikan misi pertamanya, di arloji masih jam sebelas tiga puluh. Masih banyak waktu ke tangerang.
Pukul dua tiga puluh, mereka berdua sudah sampai di rumah Fajar. Rumahnya cukup besar. "Mak, ini kawan Fajar" Fajar. Ia memperkenalkan Yoga pada ibunya. "siapa namanya" ibu Fajar. "Yoga" yoga. "ayo Ga, ke kamar gue, kita beres - beres" Fajar. "permisi" Yoga dan fajar berlalu begitu saja. "kita bawa tv, rice cooker, sama kasur aja kali ya Ga" Fajar. "gimana cara bawanya Jar" Yoga. "tenang aja, di deket sini gue punya temen yang punya Mobil bak, kita minta anterin dia aja. Bentar gue telpon dulu orangnya" Fajar. Fajar mengeluarkan ponselnya, nada sambung mulai tersambung. "hallo" orang di seberang telpon. "hallo man, ini gue fajar. Hari ini bisa tolongin gue ngangkut barang ke jakarta gak ??" Fajar. "bisa, bisa. Kebetulan lagi gak dipake mobil gue. Tapi upahnye ada kan, hehe" Orang diseberang telpon. "oke gampang bisa diatur itu, thanks ya man" Fajar. "oke" orang di seberang telpon. Fajar menutup telepon. "oke katanya Ga, selesai kan urusan" Fajar. "yaudah kita beresin barang yang mau diangkut" Yoga. "oke kita bawa, kipas angin, kasur, tv, dispenser, dvd, speaker kecil, bantal, selimut, udahlah itu aja" Fajar. Beberapa barang di bawa oleh fajar sisanya di bawa oleh Yoga. "mau di bawa kemana jar barang - barangnya" ibu Fajar. "ke kontrakan mak, tiga hari lagi kan Fajar kuliah" Fajar. "oh kamu jadi ngontrak" ibu fajar. "iya lah, gak mungkin fajar pulang balik kesini dari jakarta" Fajar. "Itu kan banyak barangnya, mau di bawa pake apa barangnya" ibu Fajar. "di bawa pake mobilnya si Rohman" Fajar. "oh yaudah" ibu fajar. Mereka berdua berlalu kerumah Rohman yang tak jauh dari rumah Fajar. Rohman, pria 20 tahun, 175 cm, gemuk, kulit hitam, rambut kasar tapi disisir rapi, hidung agak bengkok, wajah tidak terlalu tampan tapi cukup menarik jika ia menurunkan sedikit saja berat badannya. "Weh bro, jadi mobil yang mana nih" Fajar. "itu yang item, lu taro' aja disitu barang - barang lu" Rohman. "oia man, kenalin temen Gue, Yoga" Fajar. "Rohman" rohman. "Yoga" yoga. "jadi segini aja nih barang - barang lu" Rohman. "iya, kontrakan gue kecil, udah gitu mesti berbagi sama dua cewek gila" Fajar. "wiih lu satu rumah sama cewek, asik dong" Rohman. "alah gak asik sama sekali man, gak ada yang bener dah pokoknya. Baru ketemu aja gue sama mereka udah berantem" Fajar. "haha, hati - hati lu. Benci - benci, bisa jadi cinta nanti" Rohman. "Gak tau deh ya man" Fajar. "eh jadi kapan mau berangkat ??" Rohman. "eh iya, bentar ,gue pulang dulu, pamit ama nyokap" Fajar. "ayo Ga balik kerumah dulu, sekalian makan kita" lanjutnya. Mereka makan dengan lahap. Sambil dengan selingan obrolan dengan ibu Fajar. Setelah makan fajar melihat arlojinya, sudah pukul empat sore. Mereka mandi sebelum berangkat kembali jakarta. Setelah fajar berpamitan, mereka langsung kembali menuju rumah Rohman. Disana Rohman sudah menunggu mereka berdua. "jadi kita berangkat sekarang nih" Rohman. "iya" Fajar. Mereka bertiga berhimpitan di ruang supir. Di tengah - tengah fajar. Dia dan rohman mengobrol sepanjang perjalanan, sementara Yoga tidur pulas. Tak dirasa mereka telah sampai lagi di Jakarta, Rohman, Fajar, Yoga bahu - membahu menurunkan barang dari mobil. Mobil itu cuma bisa mengantar sampai depan gang. Selebihnya Yoga dan Fajar yang menyelesaikannya. "oke thanks ya man" Fajar. "iya iya, gue balik dulu yeh, udah malem soalnya. Kapan - kapan gue maen kerumah lu" Rohman. "oke boleh, haha" Fajar. Rohman pergi meninggalkan mereka Berdua. Dua kali angkut saja, barang - barang itu sampai dengan selamat ke kamar mereka. "gila, banyak banget bawaan mereka" bisik Riri ke Ratna. "ya biarin aja lah. Mending kita tidur, besok kan ada pengarahan buat ospek" Ratna. "oia, yaudahlah" Riri. "akhirnya Ga, kelar juga, sekarang kita tidur gak panas lagi. Haha" Fajar. "iya, ada baiknya kita beresin kasur yang kita dulu, bawa yg lain besok aja, Saya mesti siap buat pengarahan ospek, besok" Yoga. "oke - oke, lu besok juga ya. Emang universitas mana sih lu, UNJ bukan" Fajar. "iya disitu, memang kenapa ??" Yoga. "gue juga di situ Ga" Fajar. "lu ambil jurusan apa" lanjutnya. " saya ambil satra dan bahasa inggris D3, kalo lu??" Yoga. "gue teknik sipil" Fajar. "oh, yasudah saya mau tidur dulu" Yoga. "yaudah, eh iya lu gak solat isya Ga" Fajar. "astghfirullah, saya hampir lupa, terima kasih lu udah ingatkan saya" Yoga. Ia bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Ia kembali lagi setelahnya, Di dapatinya Fajar sudah tidur pulas. Ia salat isya, dengan khusyu dan tidur setelahnya. Siap untuk besok.
»bersambung«