Pages

Jumat, 04 Januari 2013

Novel - 1 kontrakan, 2 cewek, 2 cowokChapter 1 # ide gila

Kisah ini dimulai dari suatu siang di salah satu dipo mobil di Padang. Yoga, remaja 18 tahun dengan tinggi 175 cm, kulit sawo matang, hidung gak terlalu mancung, rambut hitam rapi. Ia berdiri menunggu bus, tujuannya ke jakarta. Dengan tas besar yang biasa di pakai orang - orang jika ingin naik gunung dan pakaian atasan kaos dan bawahan celana bahan hitam, ia tampak aneh, seperti seorang guru pembimbing yang akan naik gunung dengan pakaian santainya. Tapi dibalik penampilannya yang bisa dibilang agak aneh, ia anak yang pintar, itulah salah satu alasan mengapa ia pergi ke jakarta. Bus yang di jadwalkan berangkat jam 2 sore, belum sampai juga dari bukit tinggi, dipo utama bis itu, padahal sudah jam 2.15. "pak, bilo, bus tu tibo ??, ala jam duo ko" ( pak, kapan bisnya datang. Ini sudah jam dua) Yoga bertanya pada penjaga loket. "saba lah, sabanta lai juo tibo oto tu"(sabar lah, sebentar lagi juga datang bus itu) penjaga loket. "ala labiah jam duo ko,pak" (udah lebih dari jam dua ini, pak) Yoga. "yo tunggu lah sabanta lai, alah dakek oto tu meh" (ya tunggu lah sebentar, udah deket busnya) penjaga tiket. Yoga meninggalkan penjaga loket itu. Ia menunggu dengan bosan. Hujan mulai turun. Ia haru menepi ke depan loket. Jam tiga kurang lima menit, bus yang ditunggu - tunggunya pun datang. "Akhirnya" ia membatin. Penumpang masuk dengan teratur. Kebanyakan penumpang adalah pria paruh baya dan ibu - ibu yang membawa anak - anak kecil. Yoga menelusuri koridor bus. Ia mencari nomor tempat duduknya. Matanya menelisik kearah tempat menyimpan tas. Disanalah nomor - nomor itu tercantum. Ia memeriksa kembali tiketnya. Disana tertulis, padang - jakarta (rawamangun), kelas eko AC, nomor tempat duduk 27 B. Ia coba mencari cari lagi dengan perlahan, karena terlalu banya orang masih berdiri untuk menaikan tas dan mengatur barang bawaannya. "ketemu" bisiknya. Ia mempercepat jalannya. Tempat duduknya tepat di tengah. Tidak terlalu didepan, juga tidak terlalu di belakang. Di sampingnya, sudah terisi. Pria,Remaja modis, sebaya dengan Yoga, rambut hitam panjang halus menutupi telinga, kulit kuning langsat, wajah yang terawat, hidung tidak terlalu mancung, tingggi 173 cm, dan cukup tampan. "duduk disini ya, bro" sambut pria itu. "iya, permisi" Yoga coba mengatur barang bawaannya ke bawah bangku. "banyak juga barang bawaannya, perlu bantuan??" pria itu. "oh tak perlu. Sudah beres" Yoga. Ia akhirnya lega bisa duduk santai di dalam bus. "Saya, Fajar" pria itu mengulurkan tangannya ke arah Yoga. "Saya Yoga" Yoga. "tinggal di padang ??" Fajar. "ya" Yoga. Ia mulai berpikir. Perjalanan ini akan kembali membuatnya penat dengan remaja yang tak bisa berhenti bicara disampingnya."ke jakarta mau ngapain, kerja ??" Fajar. "Saya mau kuliah, kebetulan dapat beasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri disana" Yoga. "oh kuliah, wah kebetulan kalo gitu, gua juga mau kuliah disana. Gue sebenernya gak tinggal di bukit tinggi sih. Kebetulan liburan aja, gue tinggal di tangerang, tapi gue mau ngontrak di Jakarta. Udah dapet tempat sih tapi belom konfirmasi ke yang punya kontrakan jadi gue takut tuh orang ngasih ke orang laen, makanya gue cepet - cepet pulang ke jakarta. Kalo lu mau, lu bisa ikut gue ke kontrakan itu. Kita bisa satu kontrakan. Kalo gue liat waktu itu sih kontrakannya gede. Lu mau ikut gak Ga" Fajar. Yoga sebenarnya tak terlalu memperhatikan Fajar berbicara. Perkiraannya benar. Teman duduk sebangkunya itu banyak bicara. Tapi kata - kata terakhirnya mengenai kontrakan sedikit menarik. Yoga baru sadar, dia belum memikirkan tentang tempat tinggalnya disana, itu akibat ia terlalu senang saat mendapat undangan beasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri dijakarta. "kontrakan ??, boleh juga. Dimana ??" Yoga. "jadi lu belom mikirin mau tinggal dimana dijakarta ??, wah bisa susah tuh Ga, untung lu ketemu gua, kontrakan yang gua incer tuh di daerah Rawamangun, lu mau gk. Entar kalo udah sampe terminal kita langsung ke sana aja" Fajar. "Sial dia jadi belagak pahlawan" Yoga membatin. "oke boleh juga, lagi pula itu dekat kampus saya daerahnya" Yoga. "by the way, lu udah berapa kali ke jakarta ??" Fajar. "baru tiga kali" Yoga. "tiga kali ya. Kemana jakartanya" Fajar. "ke daerah jakarta utara. Saya punya saudara disitu" Yoga. "hemm utara yaa. Jauh juga dari rawamangun. Tapi kenapa lu gak ke rumah sodara lu aja" Fajar. "saya lupa rumahnya dimana" Yoga. "wah susah juga sih kalo gitu" Fajar. Mereka Berdua mulai akrab. Fajar bercerita tentang dirinya yang bersekolah selama 12 tahun di Jakarta. Yoga hanya menjadi pendengar setia ocehan dari Fajar. Terkadang Yoga tertidur sambil mendengar Fajar yang tidak bisa berhenti bercerita. Perjalanan dua hari dua malam ke jakarta pun ditempuh dengan keakraban antara mereka berdua.
Dihari berikutnya, Sore hari di terminal Giwangan, Jogja. Mobil - mobil AKAP berbaris teratur begitu juga penumpang yang naik turun. Dua wanita, wanita pertama, Riri, 18 tahun penampilannya tomboy, celana jeans panjang, baju kaos yang bergambar mengerikan, kulit agak hitam,tinggi 170 cm, badan cukup langsing, rambut sepundak lurus hitam, mata tajam, bibir tipis, hidung agak mancung ,ia sedang mengunyah permen karet dan meletakkan kakinya di barang bawaannya, satu tas besar hitam. Wanita kedua, Ratna, 18 tahun ,terlihat lebih halus, celana jeans abu abu, baju panjang kuning, rambut halus sepunggung yang di ikat rapi, kulit putih terawat, tinggi 170 cm, badan cukup langsing, mata bulat, hidung kecil, bibir tipis, ia duduk di sebelah Riri. "lama banget ya Rat, bisnya, udah telat banget tuh bis" Riri. "sabar aja Ri, sebentar lagi juga datang" Ratna. Mereka berdua datang dari desa yang sama, sekolah yang sama dan bukan dari rumah yang sama tentunya. Diruang tunggu terminal Giwangan, beberapa orang mulai turun kebawah. Bis mereka sudah datang, para agen bis sudah meneriaki penumpangnya untuk segera naik. Tapi masih belum juga ada agen bis yang meneriaki mereka Berdua Untuk naik. Lama sekali, jadwal berangkatnya adalah jam 5 sore tapi sudah lebih dari jam 5 belum juga datang. Riri menghampiri agen bus yang akan mereka tumpangi. Ia membentak penjaga loket. "mana mbak busnya kok belom dateng, udah jam berapa nih" Riri. "iya sebentar lagi dateng kok mbak, tapi mbak nanti pindah bus di Semarang. Soalnya bus yang ini gak ke arah jakarta" Penjaga loket. "yah gimana sih mbak, katanya langsung ke jakarta kemaren" Riri. "maaf ya mbak, saya baru dapet konfirmasi dari pusat. Bus mereka rusak yang buat ke jakarta terakhir. Jadi penumpang mesti pindah di Dipo semarang" penjaga loket. "yaudah deh mbak, jam berapa datengnya" Riri. "jam enam juga udah sampe sini kok, mbak. Maaf ya atas ketidknyamanannya" penjaga loket. " iya ,, iya" Riri. Ia kembali keruang tunggu terminal. "Gimana Ri, apa katanya??" Ratna. "katanya kita mesti naek bus yang lewat semarang, nanti kita turun di situ buat pindah bus" Riri. "lho kok begitu Ri ??". "iya.." belum sempat riri menyelesaikan pendapatnya suara dari ujung pintu keluar ruang tunggu memanggil penumpang bus yang mereka naiki. Mereka berdua bergegas  turun ke bawah bersama yang lainnya mengikuti salah seorang dari agen bus itu. Didepan pintu bus pria gemuk dari agen bus itu menjelaskan apa yang harus dilakukan penumpang yang akan kejakarta dan meminta maaf atas ketidaknyamanannya. Bus ekonomi itu penuh sesak penumpang sekarang karena semua penumpang bercampur yang ingin ke jakarta dan ingin ke tempat tujuan asli Bus itu. Selama 1 setengah jam mereka berdesak - desakan dengan penumpang lain. Bus tiba di dipo semarang. Dan menurunkan semua penumpang yang akan ke jakarta. Riri dan Ratna mulai mencari bus yang akan mereka naiki. "pak, kalo AC ekonomi yang ke Jakarta, yang mana ya pak" Riri. Ia bertanya kepada seorang pria setengah baya yang sedang membetulkan bus. "oh eko AC jakarta terakhir ya. Di baris ketiga dari sini, mbak" Montir. "makasi ya pak" Riri. Mereka berdua kemudian mengikuti saran orang itu. Dan betapa leganya. Mereka akhirnya duduk nyaman di bangku penumpang dengan sirkulasi udara yang sejuk. Mereka berdua tertidur karena letihnya satu setengah jam berdiri di dalam keadaan bus yang penuh sesak. Bus berangkat jam delapan dari dipo itu. Jalannya tidak terlalu cepat. Perjalanan seharian akan ditempuh. Pagi mereka baru setengah perjalanan. "lu bener udah dapet kontrakan Ri, di Jakarta" Ratna. "bener lah, tapi gue belom konfirmasi sih, cuma liat ketempat itu aja, gue yakin kok tuh yang punya gak bakal ngasih ke yang laen" Riri. "bagus deh" Ratna.
Jakarta Malam. Terminal Rawamangun mulai sibuk dengan aktifitas urbanisasi. Kebanyakan bus dari Sumatera tiba malam hari disana. Bus yang di tumpangi Fajar dan Yoga sampai tepat pukul sembilan malam. Mereka bersiap keluar dari bus , didalam bus hanya tinggal beberapa orang saja. "eh kita makan dulu aja, baru ke kontrakan" Fajar. Yoga melihat arlojinya. "ini kan udah larut malam  apa itu yang punya kontrakan gak keganggu sama kita" Yoga. "ini Jakarta Ga, disini jam segini tuh masih sore" Fajar. Yoga berpikir "benar juga apa yang di bilang Fajar. Ini kan kota besar". "udah jangan kebanyakan mikir. Kita makan aja dulu, gue udah laper. Lagi pula itu kontrakan gak jauh kok dari sini" Fajar. "oke deh" Yoga. Mereka berjalan menuju salah satu warung makan. Fajar memesan beberapa makanan, goreng jengkol, sayur bayam, ayam goreng kerupuk dengan minumnya es teh manis. Yoga sama dengan Fajar. Ia belum terbiasa jadi ikut apa yang dipesan Fajar saja.
Di waktu yang sama, di terminal pulogadung. Bis bis dari luar kota jakarta datang bergantian memenuhi tempat kosong di terminal. Bus mereka berdua memasuki terminal. Penumpang - penumpang meninggalkan tempat duduknya, turun memenuhi terminal. "dari sini kita naek apa Ri ??" Ratna. "lu ikutin gue aja, oke" Riri. Mereka berdua naik bus mayasari bhakti yang tidak terlalu penuh. setengah jam saja mereka sudah sampai di daerah rawa mangun. mereka berdua masuk ke gang yang cukup besar, cukup besar untuk lalu lalang motor tapi terlalu kecil untuk mobil.
Fajar dan Yoga telah menyelesaikan makanan mereka, dan langsung menuju ke kontrakan. mereka memasuki gang yang tidak cukup luas untuk mobil. mereka melangkahkan kakinya lebih cepat. Riri dan Ratna hampir sampai di rumah kontrakan yang dituju. Pemilik kontrakan keluar dari rumahnya. "bu, yang punya kontrakan mana ??" Riri dan Fajar berbarengan. "iya saya yang punya kontrakan. kalian berempat mau ngontrak disini" ibu kontrakan wanita paruh baya, berbadan gemuk, tidak terlalu tinggi dengan rambut kasar mengembang yang sudah memakai baju tidur tradisional bermotif bunga - bunga. "berdua bu, kita berdua mau ngontrak disini" Fajar menatap tajam Riri. "kita juga berdua bu, mau ngontrak disini" Riri balik menatap tajam Fajar. "tapi cuma satu rumah doang yang kosong. kalian berempat juga bisa kok. rumahnya gede" ibu kontrakan. "maaf sebelumnya, bu. tapi apa gak jadi fitnah nantinya kalo kita berempat tinggal seatap" Yoga. "siapa juga yang mau tinggal sama kalian berdua" Riri. "hey emang lu kira, kita mau tinggal sama kalian" Fajar balik menyerang Riri. "sudah sudah kaliang jangan berantem. jadi gimana ini??" ibu kontrakan. "kita mau, bu tapi berdua aja" Riri langsung menyambar. "lho gk bisa gitu dong. kita kan barengan nyampenya biar ibunya aja yang nentuin" Fajar. "yasudah yasudah, jadi kalian gk mau berempat disini. cari kontrakan lain aja. jam segini udah susah cari kontrakan, di daerah sini aja udah penuh semua. soalnya banyak mahasiswa baru" ibu kontrakan. "udah terima aja" bisik Ratna pada Riri. "yaudah deh bu kita ngalah. tapi kalo mereka macem - macem sama kita gimana" Riri masih menatap tajam Fajar. "tenang aja di dalem ada dua kamar tidur gede cukup buat nampung dua orang, jadi kalian bisa tidur kepisah. ruang tamu ada di depan dua kamar itu. biar lebih jelas mending kita masuk dulu liat di dalem" ibu kontrakan. "yaudah deh bu, kita terpaksa deh. dari pada ngegembel malem ini" Fajar. ibu kontrakan mengambil kunci rumah kontarkannya kedalam rumahnya yang tepat disebelah kontrakan itu. "mari silakan masuk, diliat - liat aja dulu" ibu kontrakan. Fajar dan Yoga melihat kamar paling ujung. "lumayan luas juga sih, cukuplah buat kita berdua Ga" Fajar. Yoga menghampiri ibu kontrakan yang menunggu mereka di ruamg tamu. "ini kalau kita tinggal berempat beneran gapapa bu" Yoga. "gapapa, dijakarta ini orang - orang memikirkan diri sendiri saja sudah susah. mana ada waktu buat mikirin urusan orang laen" ibu kontrakan. "hemm bagus lah, tapi saya bakal cepet - cepet cari tempat baru kok bu, takut ngerepotin ibu nanti. nanti banyak yang ngomongin kontrakan ibu lagi" Yoga. "gapapa dek, saya yakin kalian anak - anak baik kok. adek ini dari mana ya. kayaknya baru ya di jakarta" ibu kontrakan. "iya saya baru mau kuliah" Yoga. "oh mahasiswa ya" ibu kontrakan. Fajar bergabung dengan Yoga. "bu, ini sebulannya berapa ??" Fajar. "600 ribu" ibu kontrakan. "sekamar ??" Fajar. "bukan. serumah ini"  ibu kontrakan. tak lama Riri dan Ratna bergabung  dengan mereka. "berapa bu sebulannya" Riri. "600 ribu aja neng" ibu kontrakan. "oke deh bu kita mau" Riri. Riri mengeluarkan 600 ribu dari kantongnya. "ini 600 ribu serumahnya neng, jadi bayar  300 aja. jadi setengah - setengah aja sama temen serumahnya" ibu kontrakan. Riri melirik sekilas ke Fajar. Fajar mengeluarkan uang 150 ribu dari sakunya, begitu juga Yoga. "oke terimakasih, selamat malam untuk kalian" ibu kontrakan. ia pergi begitu menerima uang sewa.
»bersambung«

2 komentar:

  1. hahaha... bisa aja pengarangnya.. ditunggu update tannya deh gann...

    BalasHapus
  2. sip gan, makasih udah komen, kalo bisa follow blog ane ya

    BalasHapus