Pages

Minggu, 28 April 2013

Alasan mengapa pelajar DKI Jakarta tidak pernah mencapai hasil maksimal dalam UN

UN atau Ujian Nasional, diselenggarakan untuk mengukur taraf pendidikan suatu sekolah, dan mengukur kemampuan individu siswa, Ujian Nasional diselelnggarakan sesuai kompetensi belajar yang berlaku dan di ajarkan di seluruh sekolah di Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibukota negara republik Indonesia seharusnya memiliki pelajar yang berstandar tinggi, namun, Fakta berkata lain, justru pelajar DKI jakarta menjadi semakin menurun kualitasnya. apa penyebabnya ? padahal guru - guru di DKI Jakarta mempunyai standar yang tinggi. beberapa penyebabnya anatara lain :
1. Budaya Tawuran
selain membahayakan, budaya tawuran ini ternyata juga mempengaruhi kuantitas belajar menjadi menurun di karenakan seringnya pelajar "nongkrong" bersama teman - temannya, juga menimbulkan ketidakfokusan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung

2. Budaya "ngobrol"
hampir 80% guru DKI Jakarta tidak mampu menghadapi pelajar yang mengobrol pada saat kegiatan belajar mengajar. Imbasnya adalah tidak terserapnya secara maksimal materi - materi pembelajaran. Padahal pada saat proses ini lah yang paling tepat untuk menghadapi UN dibanding belajar keras saat beberapa hari menjelang UN.

3. Budaya Mencontek
kebiasaan ini lah yang paling mempengaruhi menurunnya kualitas pelajar DKI Jakarta. Mencontek ini anehnya oleh banyak guru di anggap biasa sehingga terjadi pembiaran. Padahal karena kebiasaan ini, bisa timbul ketergantungan  pelajar pada contekan dan timbulnya ketidak percayaan diri, sehingga ketika di hadapkan dengan tantangan seperti UN, mereka menjadi stress dan mudah percaya pada oknum yang menawarkan kunci jawaban padahal sangat tidak mungkin untuk mendapat kunci jawaban soalnya saja sangat rahasia dan di jaga ketat.

Jika ingin meningkatkan kualitasnya kembali. DKI Jakarta semestinya sadar. pelajar mestinya sadar dan lebih serius lagi belajar !!!
- salam bebas belajar 12 Tahun -

Suaka Margasatwa Muara Angke

Suaka Margasatwa Muara Angke adalah Cagar alam yang di lindungi oleh BKSDA DKI Jakarta. Bertujuan untuk sarana pendidikan dan penelitian. Untuk kesini, pengunjung mesti mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Di awali dengan pendaftaran online melalui situs resmi BKSDA DKI Jakarta, untuk selanjutnya mengurus dokumen - dokumen lain di BKSDA DKI Jakarta, Jalan. Salemba Raya No. 9, Jakarta Pusat. tepatnya di samping Univ Y.A.I dan di dekat halte transjakarta Salemba UI. cukup banyak kendaraan yang melewati jalan ini di antaranya, mikrolet 01 (senen - kp.melayu), Mayasari AC 63 (pasar baru - bekasi, Metromini 17 (senen - manggarai). Di BKSDA ini, anda akan diminta surat permohonan, fotocopy kartu identitas pemohon, dan materai 6000. Sekitar satu setengah jam, surat izin anda selesai dan sudah dapat ke suaka margasatwa muara angke sesuai dengan waktu acara yang tertera di surat izin. perlu di ketahui, karena tempat ini bukan tempat wisata, jadi pemohon yang diizinkan hanyalah para pemohon yang akan melakukan observasi atau pun penelitian yang berhubungan dengan pendidikan. Suaka Margasatwa Muara Angke ini juga, sering kali di jadikan tempat untuk pembuatan Film, ataupun video klip juga untuk pembuatan foto - foto pra - wedding maupun buku tahunan sekolah.

Untuk ke Suaka Margasatwa dapat dengan mudah di capai dengan kendaraan umum, diantaranya dengan menggunakan jasa Transjakarta dan turun di halte penjaringan dekat emporium pluit, dari sana dapat menggunakan jasa mikrolet B01 (grogol - muara angke) dan turun di perempatan pangkalan mikrolet U11, dari sana jika malas berjalan kaki, dapat menggunakan jasa mikrolet U11 dan turun tepat di depan gerbang Suaka Muara Angke yang terletak di seberang jalan. sesampai disana jika beruntung anda akan di sambut oleh monyet ekor panjang yang berkeliaran bebas di tempat ini.

 setelah mlewati jalan dari papan, kita akan bertemu dengan pos penjaga, di tempat ini anda harus menunjukan surat izin dan mengisi buku tamu, jika di surat izin anda meminta di dampingi pendamping, di sana akan di kenalkan kepada pendamping anda, jangan takut untuk memakai pendamping, karena semua layanannya gratis atau tidak di pungut biaya sedikit pun, anda juga dapat bertanya apapun tentang kehutanan kepada pendamping, kerena para pendamping di bekali oleh ilmu pengetahuan tentang kehutanan. pada awal rute atau jalan papan rawanya memang agak sedikit tidak terawat dengan masih di temukannya beberapa sampah plastik yang mengambang di antara pepohonan bakau, namun walau begitu kita tetap dapat menemukan burung yang beterbangan dan suara burung yang merdu.

Saat berjalan di sepanjang jalan papan anda mesti berhati - hati karena beberapa papan masih ada yang lapuk dan sudah patah.Semakin kedalam, tidak akan lagi di temukan sampah - sampah plastik, yang ada hanya keindahan rawa dan sebuah danau kecil di antara pepohonan rawa. di rawa ini kita juga dapat menemukan ataupun melihat ikan - ikan yang masih banyak terlihat dari permukaan walau airnya keruh. sesampai di ujung jalan adalah tempat burung mencari ikan, di sini sangat banyak burung yang beterbangan. jadi tidak menyangka bukan, di Jakarta ada tempat yang se - asri ini.

Dari padang, pariaman, lembah anai sampai "ditilang"

                Pagi di kota Padang, saya sudah punya rencana untuk menghabiskan masa liburan di tanah minang ini. Motor sudah mulai di panaskan mesinnya untuk di pakai menjelajah, tujuannya adalah ke Jam Gadang di Bukit Tinggi. Sekitar jam 7.30, saya dan teman menjelajah saya bertolak dari kota padang. Pertama kami mengisi bensin di SPBU kota padang untuk persiapan perjalanan yang panjang. Motor kembali melaju di jalanan yang di dominasi kendaraan umum dan roda dua. Kami mengambil jalan belakang bandara untuk mencapai pantai pariaman. Jalanan yang rusak parah membuat kami harus berhati - hati mengendarai motor. Deburan ombak terdengar jelas dari jalanan. Kami mencari pantai terdekat, dan sampai di pantai pasir hitam yang ombak dan anginnya sangat kencang. Namun sayang sekali kami hanya sebentar di sana karena harus berteduh, hujan badai yang mengguyur yang memaksa kita berteduh sejenak. sekotar setengah jam, hujan pun reda, kami melanjutkan perjalanan ke pariaman, di sepanjang perjalanan banyak sekali yang menjajakan seafood goreng seperti udang, ikan dan kepiting. Tidak heran karena kami berjalan di daerah pesisir pantai. Stasiun kereta pariaman sudah terlihat. pantainya pun juga sudah terlihat. deburan ombak yang mengahtam batu terdengar sangat mengerikan di tambah angin yang begitu kencang.

 Pantainya kali ini berpasir putih namun ombak dan air lautnya keruh, akan tetapi pemandangan ke seluruhan sangat bagus. setelah makan sebentar dari daerah ini, kami kembali melanjutkan perjalanan. melewati pedesaan yang asri dengan jalanan yang sepi. jalan mulai menanjak, udara mulai dingin, kami tiba di lembah anai, bermain sebentar di air terjun lembah anai yang begitu dingin. pemandangannya begitu indah dengan pepohonan yang benar - benar masih sangat alami. setelah puas bermain dan poto - poto di sana, kami kembali melanjutkan perjalanan. tapi memang sial nasib kami, sesampai di padang panjang kami di tilang karena lampu rem yang tidak kita sadari sudah rusak, dengan sedikit teguran kami tidak jadi ke bukit tinggi, sehingga harus pulang kembali. walau begitu keindahan alam tanah minang begitu memanjakan dan tidak membuat kecewa.