Pages

Sabtu, 05 Oktober 2013

Fight : Cerita 1


“kenapa dari tadi lu diem begitu”  Kei, menghisap puntung rokok pertamanya. Mereka berandal gedung tua yang kerap membuat onar itu. Kei, pria berambut panjang dan ikal dengan wajah lonjong, berkulit hitam, berbadan kekar adalah pemimpin mereka. Hanya kelompok ini yang berani menantang kelompok Don Jack. Mereka adalah yang terkuat dengan markas yang bahkan polisi saja tak berani masuk kedalamnya. Bisnis, premanisme, narkoba membuat kelompok Kei berkembang seperti yakuza di jepang atau mafia di rusia.
“tadi pas gua sama anak – anak nagih, ada..” Ben sedikit gugup.
 “ada apa” Kei geram.
“ada laki – laki, ngehabisin kita semua” Ben tertunduk menyembunyikan memar di wajahnya.
 Kaki Kei melayang ke arah Ben yang masih tertunduk menahan sakit. “bego !! anak buah Don Jack cari gara – gara lagi ?” Kei.
 “Bbb..bukan Bos” Ben. Kei menatap nanar.
“siapa ? kelompok baru ?” Kei.
“kita gak tau Bos, kita juga baru liat dia di daerah itu” Ben
Kei berpikir lama sambil menghisap kembali  rokoknya. Ia menyuruh Ben pergi. Dalam selaannya, dua anggota terkuat kelompok kei datang. Risno dan Jafar. Risno, pria tinggi, berkulit putih dengan kaki yang kuat, rambutnya ikal dan pendek dengan hidung mancung. Ia adalah pria yang tak banyak bicara. Jafar, pria berjaket dengan masker hitam yang selalu dipakai, belum pernah di kelompok itu yang pernah melihat wajahnya kecuali Kei dan Risno. Mereka bertiga duduk di sofa tua yang menhadap langsung ke hiruk pikuk kota Jakarta.
“ada masalah lagi ?” Jafar
“ada orang baru yang berani ngacak – ngacak gengnya Ben”  Kei
“Dia kan memang Bodoh, paling hanya gembel yang kebetulan lewat” Jafar
“gimana menurut lu No ?” Kei
“terserah saja lah” Risno berlalu keluar pintu
“besok gue suruh Lee ke sono” Jafar.
Jakarta siang, panas, benar – benar panas. Segerombolan lelaki dengan kaus hitam mendatangi Kampung Tagol, area kekuasaan Ben. Ia sudah tahu, mereka kelompok Jafar, jadi mereka biarkan begitu saja. Mereka sudah cukup babak belur karena kemarin. Pria misterius. Lee berbincang sebentar dengan Ben, mereka berdua memimpin kelompok. Daerah itu begitu sepi seolah paham yang akan terjadi karena ulah pemuda kemarin yang mencoba membela wanita paruh baya yang sedang ditagih hutang. Pemuda itu menghabisi semua kelompok Ben, sendirian. Hari ini Lee dan Ben turun tangan, mereka mencari pemuda itu. Mata Ben seolah ingin keluar karena dendamnya.
“Itu diaaaa !!!!!!”  Ben menunjuk kearah pemuda dengan kaus putih lusuh dan sendal jepit yang penuh lumpur. Pemuda yang di tunjuk Ben lari ketika sadar ia dikejar oleh sepuluh pemuda berkaus hitam yang seperti ingin sekali mencincangnya. Ia melewati gang sempit di kampung Tagol yang penuh dengan cabang jalan. Anak buah Lee terpisah. Pemuda berpakaian lusuh itu seolah sudah menyiapkan ini sejak lama. Di tiap ujung cabang jalan terdapat beberapa pemuda kampung yang siap melawan kelompok Jafar. Kampung Tagol siang itu jadi lebih panas dengan perkelahian. Pemuda berbaju lusuh itu masih saja berlari hingga sampai di Fly over. Ia duduk dengan santai di bawahnya. Tiba – tiba saja kaki Ben muncul dibalik dinding Fly over, nyaris saja mengenai wajahnya, tak lama tinju Lee mengenai wajahnya. Ia cepat menghindar, sekarang dihadapannya Lee dan Ben siap melawannya. Dua lawan satu. Dengan santai pemuda itu meladeni permainan mereka berdua. Ben berlari dari belakang pemuda itu. “bugg” kaki pemuda itu dengan cepat mengangkat hingga dengan sekali tendangan Ben pingsan. Lee langsung bereaksi dengan cepat tinjunya beberapa kali mengenai wajah pemuda itu. Pemuda itu juga melancarkan tinju kearah wajah dan perut secara cepat. Lee mencoba menendang pemuda itu, kakinya hampir mengenai perut pemuda itu namun cepat tertangkap dan “krek” dengan sekali sentuhan kaki Lee patah. Ben dan Lee terkapar tak berdaya menahan sakit. Sementara pemuda itu kembali duduk di tempat semula.
“Ss..siapa kau” Lee
Pemuda berkaus lusuh itu hanya menyunggingkan bibirnya “gak perlu tau nama gue, yang penting jauhin kampung Tagol, gue udah cukup sabar dengan kelakuan berandal kalian” Ia kemudian pergi. Beberapa langkah, ponselnya berbunyi “anak buah kalian, kami gantung di gerbang, dan jangan pernah balik kesini lagi” lanjutnya.
            Ben dan Lee masih tak berdaya di Fly over, bahkan hingga pemuda itu tak terlihat lagi. Sesosok pria datang dari kejauhan. Itu Risno, si pendiam. 
“Pantas kalian berdua kalah” Risno menyunggingkan bibirnya persis apa yang di lakukan pemuda tadi. Ia membopong Ben dan Lee pergi dari sana.
            Jakarta siang, kini ada di pihak kampung Tagool, tidak di Kelompok Kei. Pemuda kampung Tagool bersuka cita dengan apa yang mereka lakukan hari ini. Tapi tidak pemuda yang sudah memimpin mereka di pertarungan ini. Ia tampak menyesali semua ini. Ia mengurung diri di rumahnya. Membersihkan semua dari darah bekas pertarungan tadi. Ia meyesal mestinya, ia terus bersabar karena sabar tidak ada batasnya itulah yang diajarkan agama. Harusnya pertarungan ini tidak pernah terjadi, tapi ini terjadi, dan dia harus kembali mengotori tangannya dengan hal busuk. Penyesalan yang sulit.
“dia kembali” Risno buka mulut diantara kepusingan dua partnernya
“siapa ?” Kei
“lelaki itu, teman lama” Risno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar