Pages

Sabtu, 12 Oktober 2013

Yudha Galuh : Cerita 1


Semua berawal dari sapaan – sapaan kecil. Dari tahun 92’, lahir dua bayi lucu, Yudha dan Galuh. Mereka dilahirkan di tempat yang berbeda. Banyuwangi 92’, Galuh Larangga lahir, berkulit kuning langsat dengan mata sayu. Berbeda dengan orang jawa kebanyakan yang berperawakan halus. Jawa yang satu ini punya hal yang beda. Dia berperawakan keras, mungkin karena bapaknya penggemar musik – musik cadas. Bergerak jauh ke Kebayoran lama, Jakarta 92’, lahir juga Yudha, berkulit putih, dengan mata sipit. Mereka berdua adalah calon laki – laki konyol di masa yang akan datang. Ada hal aneh pas kelahiran Yudha, pas Yudha keluar ke dunia, bapaknya langsung menyanyikan lagu “You’ll never walk alone” berharap anaknya nanti jadi liverpudlian sejati, keluarga yang aneh. Galuh tumbuh jadi bocah kecil yang kelihatan lucu denga kata – kata “Bastard”nya. Efek menonton film perang tengah malam. Dengan kolor dan singlet, Galuh kecil bermain dengan riang di sepanjang pantai belakang rumahnya yang masih asri. Setiap bertemu nelayan di pantai, dia selalu berteriak “Bastard !” sambil lari – lari kecil dan ketawa – ketawa sebagaimana bocah yang gak tau apa – apa. Seenggaknya bukan bule yang dia teriakin begitu. Pasti jadinya bakal beda kalau itu terjadi. Bocah kecil item itu bakalan di gantung di tengah padang gandum dan di jadiin makanan buat siluman gagak yang kayak di film Jeepers Creepers. Yudha agak lebih elit, hampir semua baju yang dia punya bernuansa Liverpool, seenggaknya Yudha gak lari – larian pake kolor sama singlet doang. Setiap ada pertandingan Liverpool, bapaknya selalu mengajak Yudha kecil buat nobar. Dengan atribut lengkap ala hooligan bapak dan anak ini menyanyikan Youll never walk alone bersama – sama didepan layar televisi 14 inch yang volumenya digedein biar berasa nonton di stadion. Efeknya Yudha jadi selalu mengangkat tangan ala hooligan dan menyanyikan lagu You’ll never walk alone di depan teman – temannya.
Beranjak remaja, Yudha dan Galuh mulai mengerti arti kata – kata. Galuh akhirnya mengerti kata “Bastard” dan Yudha akhirnya mengerti kata “You’ll never walk alone” beserta kegunaannya dalam kehidupan sehari – hari, dan dia bangga menjadi liverpudlian. Masa SMP mereka masih terlihat cukup lucu. Tapi beruntung mereka gak SMP di jaman Gadget. Gak kebayang mereka berdua punya Facebook dengan nama – nama alay masa kini. Galuh pasti bakal pake nama facebook Galoehnaxbastard tanpa spasi tentunya. Dan Yudha bakal pake nama YudhacipitnaxkebayoranlamaLiverpudliansejati juga tanpa spasi tentunya. Dan mereka bakal cari cheat biar temen facebook mereka jadi ribuan. Dan mereka bakal nge-like semua status yang nongol di berandanya. Dan mereka bakal ikut fans page cuma buat komen “add aq yaa” di kolom komentar status fans page itu atau mereka bakalan komen di status cewe “..,,leh nal gk..?,,” dan bakalan spam ke inbox itu cewe kalo komennya gak di bales. Mereka berdua pasti bakal terlihat lebih hina lagi kalau SMP di jaman ini. Salah satu kenangan masa SMP adalah cinta monyet, tapi di jaman yang belum banyak handphone, itu semua jadi sulit. Yudha punya kriteria sendiri untuk cewek idamannya, cantik, gak kurus dan yang paling penting, mau diajak makan nasi uduk. Kalau Galuh gak terlalu tertarik memikirkan tentang wanita, life like a river itu motto hidupnya. Tapi bukan berarti Galuh gay. Yudha lain lagi, dia selalu mengirim surat ke alamat cewek yang di taksir. Dan biasanya isinya pasti ngaco. Dia selalu menulis surat cintanya seperti menulis surat resmi buat presiden, dan pas nulisnya pasti keringet dingin. Dan pernah dia bikin surat cinta untuk cewek sekelasnya. Besoknya cewek itu pindah kelas.
Di SMK, mereka masih dalam jarak yang jauh yang terpisah dan belum juga saling mengenal. Galuh masih dalam pendiriannya yaitu life like a river dan Yudha masih belum bisa move on dari kejadian SMP. Tapi life like a river, Yudha dan Galuh jadi dua remaja beranjak deawasa yang mengalami masa pasang surut. Tiga tahun belajar serius sudah cukup menempatkan Galuh di akpar Sahid dan Yudha sebagai pelayan bar di sebuah bar di Grand Indonesia.Galuh punya panggilan sendiri di kampusnya “Karyo” mungkin itu karna logat jawanya yang masih sangat kental saat tiba di jakarta dan kuliah di akpar sahid jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar